LIPUTAN KHUSUS:
170 Program KLHK untuk Kalsel Pascabanjir
Penulis : Sandy Indra Pratama
Berharap komitmen dari perusahaan untuk memperbaiki atau membenahi lingkungan di daerah masing-masing,terutama reklamasi pascatambang.
Lingkungan
Selasa, 23 Februari 2021
Editor :
BETAHITA.ID - Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RM Karliansyah mengatakan telah menyiapkan 170 program upaya pemulihan lingkungan pascabanjir di Kalimantan Selatan baik jangka pendek, menengah maupun panjang.
Hal itu disampaikan pada rapat tindak lanjut upaya pemulihan lingkungan pascabanjir di Kalsel bersama Penjabat Gubernur Kalsel Dr Syafrizal dan jajaran terkait lainnya di Banjarbaru, Senin kemarin.
Menurut Karliansyah, dari 170 program tersebut, sebanyak 113 program merupakan program jangka pendek yang akan dilaksanakan dalam waktu satu tahun, 43 program jangka menengah dan 14 program jangka panjang atau dikerjakan selama lima tahun.
“Hari ini kami akan menetapkan bersama perusahaan pertambangan dan perkebunan di Kalsel untuk luasan lahan yang harus dibenahi atau diperbaiki di daerah masing-masing,” katanya.
(Baca juga: 10 DAS di Kalimantan Selatan Alami Deforestasi Masif)
Pada kesempatan tersebut dia menegaskan tentang pentingnya kolaborasi dan komitmen bersama dalam upaya pemulihan lingkungan dari aktivitas pertambangan maupun perkebunan.
Karliansyah mengharapkan komitmen dari perusahaan untuk memperbaiki atau membenahi lingkungan di daerah masing-masing,terutama reklamasi pascatambang.
Penjabat Gubernur Kalsel Syafrizal mengatakan, kolaborasi, komitmen, dan persamaan persepsi dari semua pihak dalam membangun lingkungan merupakan strategi efektif dalam upaya pemulihan lingkungan pasca banjir.
“Pertemuan dan koordinasi ini merupakan upaya untuk mencegah terjadi banjir akibat dari aktivitas pertambangan maupun perkebunan,” katanya.
Syafrizal menambahkan, membangun lingkungan butuh waktu, kolaborasi, dan kesamaan persepsi dari semua pihak, baik itu pemerintah, perusahaan, dan pihak lainnya.
“Keseimbangan eksploitasi dan konservasi sangatlah penting.Kita tidak mungkin menghentikan aktivitas pertambangan maupun perkebunan, tetapi bagaimana kita bisa terus berupaya dan berkontribusi untuk lingkungan,” ujarnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri berharap, dengan kehadiran Dirjen (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran dan langkah nyata mengatasi permasalahan lingkungan, dalam pencegahan banjir di masa yang akan datang.
Catatan Banjir Terparah
Banjir di Kalimantan Selatan, pertengahan Januari lalu, merupakan yang terparah dalam 50 tahun terakhir. Berdasarkan data Per 17 Januari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat Bencana itu merendam 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, di antaranya Banjar, Tabalong, Tapin, Banjar Baru, Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Hulu Sungai Selatan, dan Batola.
Selain terjadinya penggundulan di wliayah DAS, Auriga juga mengantongi data ihwal hilangnya tutupan hutan per kabupaten antara 2001 dan 2019 di Kalimantan Selatan.
Dari data yang dimiliki Auriga menyebutkan sebagian besar area terdampak banjir berada di wilayah kabupaten atau kota yang mengalami deforestasi secara konsisten dalam periode waktu tersebut. Kabupaten tersebut adalah Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Tapin.
Masih berdasarkan data, deforestasi per kabupaten dan kota terparah terjadi di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penggundulannya terjadi seluas 69.238 hektare. Menariknya apabila dicermati, angka deforestasi yang terjadi di Kotabaru luasannya melebihi luas wilayah DKI Jakarta yakni 66 ribu hektare.
Merespon banjir yang masif di Kalimantan Selatan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar melalui cuitannya mengatakan, penyebab utama banjir di Kalimantan Selatana adalah anomali cuaca dengan curah hujan sangat tinggi. Menurutnya, selama lima hari (9-13 Januari 2021), terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya.
“Air yang masuk ke Sungai Barito sebanyak 2,08 miliar meter kubik. Normalnya 238 juta meter kubik,” tulis Menteri Siti di akun pribadi di Twitter, 20 Januari 2021.
Menteri Siti mengklaim, saat ini hulu DAS Barito masih terjaga dengan baik. Menteri Siti menambahkan, 62,8 persen tutupan hutan alam hilang selama periode 1990-2019. “Penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sebesar 55,5%,” cuitnya.
ANTARA NEWS| BETAHITA