LIPUTAN KHUSUS:
Sedih Wajah Gajah di Belantara Indonesia
Penulis : Sandy Indra Pratama
Gajah Sumatera dikategorikan Critically Endangered, artinya sudah sangat terancam kepunahan.
Satwa
Rabu, 28 April 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Berdasar data daftar merah IUCN 2021, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan tingginya tingkat keterancaman spesies. Akibat lingkungan hidup yang tak terjaga, setidaknya, masih berdasar data, ada 1988 spesies yang kini terancam hidupnya di alam liar.
Jika data lantas dipilah per jenis, maka Mamalia di Indonesia, merupakan spesies yang paling terancam hidupnya di dunia. Jumlah mamalia yang hidupnya terancam di Indonesia, paling tinggi dibandingkan dengan semua negara di dunia. Angkanya mencapai 213 jenis mamalia yang terancam hidupnya di Indonesia.
Dari ratusan jenis itu, Menurut IUCN Red List Gajah Sumatera dikategorikan Critically Endangered, artinya sudah sangat terancam kepunahan. Populasi Gajah pada 2017 menurut data dari dokumen Rencana Tindakan Mendesak Penyelamatan Populasi Gajah Sumatera 2020-2023, diperkirakaan 1.694-2.038 individu yang tersebar di tujuh provinsi yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.
“Para individu itu berada terserak di 36 kantong habitat,” kata Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen KSDAE-KLHK, seperti yang tertulis dalam dokumen. Menurut Indra, atas kondisinya hari ini Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu flagship species yang pantas menjadi simbol peningkatan kesadaran konservasi serta menggalang partisipasi semua pihak.
Secuil Cerita soal Populasi
Tindakan mendesak juga upaya terencana yang perlu segera dilakukan mengingat kondisi populasi gajah saat ini sangat kritis. Pada tahun 1980an, berdasarkan angka yang dikuitp dari dokumen SRAK Gajah 2020-2023, populasi Gajah Sumatera diperkirakan masih sekitar 2.800 – 4.800 individu.
Pada tahun 2007, estimasi populasi menurun menjadi sekitar 2.400 – 2.800 individu. Hal ini menunjukkan populasi gajah turun sekitar 50% dalam satu generasi.
Penurunan populasi gajah sumatera terus beranjut. Pada 2017, populasi gajah sumatera saat ini diperkirakan terdapat 1.694-2.038 individu yang tersebar di tujuh provinsi di Sumatera. Dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga Lampung.
(Baca juga: Mamalia dan Burung Indonesia, Spesies Paling Terancam di Dunia)
Selain itu, menurut hasil analisis sistem informasi geografis (SIG), kantong habitat gajah saat ini banyak ditemukan di luar kawasan konservasi. Artinya ancaman konflik semakin tinggi buat para gajah.
Populasi gajah sumatera in situ merosot menjadi tinggal 61,3% dari jumlah sebelumnya dalam dua belas tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan 2019. Penyebab kematian gajah secara langsung seperti perburuan, konflik gajah-manusia dan kematian yang disebabkan karena jerat, racun dan pagar listrik, merupakan ancaman serius bagi populasi Gajah Sumatera.
Kondisi itulah yang membuat status populasi gajah sumatera saat ini menjadi kritis (Critically Endangered).
Apa yang kemudian menyebabkan hal itu terjadi? Supin Yohar, Direktur Hutan Yayasan Auriga Nusantara mencaoba menganalisis. Meski tak berdasarkan data pasti, namun bisa dipastikan keterancaman banyak spesies di Indonesia, baik hewan maupun tanaman diakibatkan oleh adanya tiga hal.
“Pertama, karena terjadinya kerusakan habitat yang hebat, perburuan hingga perdagangan yang tidak memperhatikan keberlangsungan, dan terakhir soal konflik dengan manusia,” ujarnya.
Kerusakan habitat, kata Supin, sangat memungkinkan berkontribusi sangat besar terhadap keterancaman. Alih fungsi lahan mengakibatkan hilangnya habitat alami. “Perkebunan sawit, hutan tanaman industri seperti akasia, serta kebakaran hutan menjadi faktor yang paling berpengaruh,” ujarnya.
Sejalan dengan pernyataan itu, kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan yang mendalami data yang sama yakni daftar merah IUCN, menyebutkan bahwa ada banyak faktor yang kemudian mengancam kepunahan spesies. Namun, secara ranking yang paling mengancam bagi hewan tidak bertulang belakang, datang dari eksploitasi langsung (perburuan), polusi, adanya invasi spesies lain, dan perubahan iklim.
Sedangkan bagi hewan vertebrata, atau bertulang belakang, di mana mamalia dan buruh ada di kelompok ini, penyebab paling tingginya datang dari Ekploitasi langsung manusia baik terhadap hewan maupun habitatnya, perambahan untuk pertanian dan perkebunan, pemukiman, dan produksi energi.
Dari penyebab, terlihat kausa antara keanekaragaman hayati dan habitat aslinya. Bagaimana kemudian keduanya saling topang dan menguntungkan.
Cerita ini bagian pertama sekaligus pendalaman dari bahasan soal Potret “Mamalia dan Burung Indonesia, Spesies Paling Terancam di Dunia” oleh betahita.id.