LIPUTAN KHUSUS:

Jakarta: Kota Paling Rentan Bahaya Lingkungan dan Iklim di Dunia


Penulis : Tim Betahita

Sebanyak 99 dari 100 kota paling rentan ancaman lingkungan dan iklim berada di Asia. Jakarta menduduki peringkat teratas.

Lingkungan

Jumat, 14 Mei 2021

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Ibu kota Indonesia, DKI Jakarta, merupakan kota paling rentan terhadap bahaya lingkungan dan krisis iklim di dunia. Menduduki peringkat teratas, Jakarta berisiko tinggi terhadap gangguan polusi, gelombang panas, dan banjir besar, menurut studi indeks risiko iklim yang terbit baru-baru ini. 

"Jakarta merupakan kota dengan kinerja terburuk karena polusi udara yang parah. Faktor yang memperburuknya adalah ancaman abadi dari aktivitas seismik dan banjir," kata penulis utama laporan, Will Nichols.  

Surabaya dan Bandung juga berada di 10 besar, masing-masing berada di peringkat ke-4 dan ke-8.  

Laporan ini menilai 576 kota urban terbesar di dunia yang rentan terkait ancaman lingkungan dan bahaya iklim. Laporan itu juga melihat faktor seperti kelayakan hidup, potensi investasi, aset real estate, dan kapasitas operasional. Hasilnya, 99 dari 100 kota paling rentan berada di Asia termasuk 37 di Republik Rakyat Tiongkok dan 43 di India. Lima, ibukota Peru, merupakan satu-satunya kota non-Asia yang masuk dalam daftar tersebut.

Jakarta menghadapi ancaman lingkungan mulai dari pencemaran udara, risiko tenggelam, gelombang panas, dan banjir. Foto: Jurnasyanto Sukarno/Greenpeace Indonesia

Sebanyak 13 kota paling rentan atau berisiko berada di India. Negara ini memiliki masalah serius dengan polusi udara, dengan kota Delhi menjadi salah satu yang paling mengkhawatirkan.

Polusi udara menyebabkan 7 juta kematian dini di seluruh dunia, 1 juta di antaranya ada di India. Negara ini juga memiliki 20 kota dengan kualitas udara terburuk di area urban berpenduduk setidaknya 1 juta jiwa. 

Lebih dari 400 kota besar dengan total populasi 1,5 triliun berada pada risiko tinggi atau ekstrim karena berbagai polusi yang memperpendek usia, persediaan air yang semakin menipis, gelombang panas mematikan, bencana alam, dan iklim darurat, menurut laporan tersebut .

Di luar Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki proporsi terbesar dari kota berisiko tinggi dari ancaman tersebut. 

“Rumah bagi lebih dari setengah populasi dunia dan pendorong utama kekayaan, kota-kota sudah berada di bawah tekanan serius dari kualitas udara yang buruk, kelangkaan air, dan bahaya alam,” tulis Nichols. 

“Di banyak negara Asia, pusat-pusat ini akan menjadi kurang ramah karena tekanan populasi meningkat dan perubahan iklim memperkuat ancaman dari polusi dan cuaca ekstrem, mengancam peran mereka sebagai penghasil kekayaan bagi ekonomi nasional,” katanya lagi.

Cina, walau lebih kaya dari India, juga menghadapi ancaman lingkungan yang berat. Dari 50 kota dengan pencemaran air di dunia, 35 berada di Cina. Namun sistem politik dan tingkat perkembangan di Cina dapat menguntungkan bagi negara tirai bambu. Sementara itu tata kelola di India disebut lebih lemah sehingga  membuatnya lebih berat untuk menghadapi masalah lingkungan dan iklim pada level kota.

Terkait gelombang panas dan dampaknya pada level global, sub-Sahara Afrika disebut paling rentan, yang merupakan rumah bagi 40 dari 45 kota paling rentan terhadap iklim di bumi. Kontinen ini diprediksi akan dihantam paling keras, tidak hanya karena kekeringan, gelombang panas, badai, dan banjir. Namun juga kemampuan adaptasi yang rendah. 

Dua kota paling padat di Afrika, Lagos dan Kinshasa memiliki risiko tertinggi. Sementara itu kota rentan termasuk Monrovia, Brazzaville, Freetown, Kigali, Abidjan, dan Mombasa.