LIPUTAN KHUSUS:
Perubahan Iklim: Sepertiga Sumber Pangan Dunia Terancam Punah
Penulis : Tim Betahita
Sebagian besar mempengaruhi Asia selatan dan Asia tenggara dan zona Sudano-Sahelian Afrika.
Perubahan Iklim
Rabu, 19 Mei 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Sepertiga dari produksi pangan global akan terancam punah pada akhir abad ini. Hal itu, menurut para peneliti di Aalto University di Finlandia, terjadi apabila emisi gas rumah kaca terus meningkat dengan lajunya yang saat ini.
Dalam penelitian terbarunya, peneliti dari Aalto University mengatakan sekitar 95% dari produksi pangan dunia saat ini berada di daerah yang mereka definisikan sebagai "ruang iklim yang aman", atau kondisi di mana suhu, curah hujan, dan kekeringan berada dalam batas-batas tertentu.
Namun jika suhu naik sekitar 3,7C, dan prakiraannya akan meningkat ditambah emisi tetap tinggi, maka banyak daerah penghasil pangan terpenting di dunia akan mengalami peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan berubah secara drastis.
Kenaikan suhu 3,7C atau sekitar itu diperkirakan terjadi pada akhir abad ini. Pada saat kondisi itu tercapai, banyak area aman akan menyusut secara drastis.
Sebagian besar mempengaruhi Asia selatan dan tenggara dan zona Sudano-Sahelian Afrika.
Matti Kummu, seorang profesor makanan dan air global di Aalto University dan penulis utama makalah tersebut, mengatakan sepertiga dari produksi pangan global saat ini berada dalam risiko tinggi. Ruang aman iklim berdasarkan hitungannya terus menyempit.
Bahkan, jikapun gas rumah kaca berkurang dan dunia bisa memenuhi tujuan kesepakatan Paris, yakni membatasi kenaikan suhu hingga 1,5C atau 2C di atas tingkat pra-industri, masih ada sekitar 5% –8% dari produksi pangan global yang akan berisiko.
“Cara terbaik mengurangi semua risiko adalah harus memberdayakan orang dan masyarakat di zona bahaya, untuk mengurangi dampak dan meningkatkan ketahanan dan kapasitas adaptif mereka," ujar Matti.
Saat ini, produksi pangan memang bisa ditingkatkan di wilayah-wilayah yang esbelumnya dikenal tidak produktif, seperti di negara-negara kawasan Nordik -Eropa Timur dan Atlantik Utara. Namun, kata Matti, suplainya masih jauh dari cukup jika dibandingkan dengan negara-negara produsen pangan di belahan selatan bumi.
“Akan ada pemenang dan juga yang kalah, tetapi kemenangan akan lebih besar daripada kerugian, dan tidak ada cukup ruang untuk produksi pangan untuk bergerak - kita sudah berada di batas,” katanya.
Penelitian mengungkap, bakal banyak hal terpengaruh. Mulai dari risiko produksi tanaman yang meningkat berefek pada keberlangsungan peternakan, hingga akan banyak wilayah yang mengalami kelangkaan air untuk beragam kebutuhan.
Kesimpulan ini diambil dari penelitian dampak iklim terhadap 27 tanaman pangan terpenting dan tujuh jenis ternak.
Bahkan prediksi yang lebih mengerikan disebutkan bahwa dalam skenario emisi tinggi, mungkin ada sebanyak 1,5 juta mil persegigurun baru di seluruh dunia.