LIPUTAN KHUSUS:

Pola Migrasi Capung Tandai Krisis Iklim Kian Dekat


Penulis : Tim Betahita

Sejak 1995, beberapa spesies telah mencapai Inggris dari Eropa selatan untuk pertama kalinya dan setidaknya dua lagi telah muncul kembali setelah lama menghilang.

Perubahan Iklim

Kamis, 09 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Krisis iklim makin memperlihatkan tanda-tanda kehadirannya. Kian hari kian mendekat. Sebuah studi yang melakukan pengamatan terhadap capung membuktikan hal itu.

Berdasarkan laporan State of Dragonflies 2021, akibat suhu yang semakin panas, terlihat capung sedang bergerak ke utara melintasi Inggris dan Irlandia. Setidaknya, enam spesies capung baru telah bertebangan di Inggris selama 25 tahun terakhir, berkembang biak di iklim yang panas.

Lebih dari 40 persen spesies capung mengalami  peningkatan jumlah sejak 1970,  sedangkan hanya sekitar 10 persen yang menurun sejak tahun yang sama. Para ahli dari British Dragonfly Society mengatakan hal ini merupakan indikator dari efek perubahan iklim.

Laporan itu menggabungkan 1,4 juta catatan capung dari 17.000 peneliti sukarelawan yang dikumpulkan dari tahun 1970 dan seterusnya. Berdasarkan pengamatan tersebut ditemukan 46 kekayaan spesies capung dan kerabat dekat mereka, damselflies, di seluruh Inggris dan Irlandia.

Ilustrasi Satwa Capung (piqseles.com/CC)

Sejak 1995, beberapa spesies telah mencapai Inggris dari Eropa selatan untuk pertama kalinya dan setidaknya dua lagi telah muncul kembali setelah lama menghilang. Spesies yang memperluas jangkauan mereka termasuk emperor dragonfly, migrant hawker, ruddy darter, black-tailed skimmer, dan small red-eyed damselfly.

Sebaliknya, beberapa capung dataran tinggi dan utara mundur, termasuk common hawker dan black darter, mungkin karena hilangnya rawa gambut atau kekeringan ekstrem.

"Peningkatannya banyak spesies, jika tidak semua, kita dapat mengkombinasikan pemanasan iklim dan lebih banyak atau lebih baik habitat lahan basah seperti peningkatan jumlah kolam, danau, lubang kerikil dan waduk dalam beberapa dekade terakhir," jelas Dave Smallshire, co-editor laporan. Namun, seharusnya orang-orang tidak tidak menganggap situasi ini dengan "capung baik-baik saja", tambahnya.

"Pesan yang luar biasa adalah bahwa perubahan iklim secara global—dan dalam kasus Inggris dan Irlandia—pemanasan iklim yang signifikan kemungkinan memiliki efek berlebihan pada banyak perubahan ini," katanya.

Ada kekhawatiran atas hilangnya populasi serangga yang disebabkan oleh faktor seperti polusi dan hilangnya habitat. Petugas konservasi Eleanor Colver mengatakan meskipun data yang mereka miliki dapat menentukan di mana capung berada, namun tidak dapat menentukan dengan tepat berapa banyak dan apakah jumlahnya meningkat secara keseluruhan.

"Faktor-faktor seperti penggunaan pestisida (mengurangi mangsa serangga terbang), polusi air dan hilangnya habitat terus mengancam kesehatan populasi capung dalam kisaran spesies yang ada," jelasnya.

Capung adalah serangga bersayap empat yang terbang cepat dengan tubuh panjang dan mata besar. Mereka adalah beberapa serangga bersayap pertama yang berevolusi, sekitar 300 juta tahun yang lalu.

Para ilmuwan semakin khawatir tentang penurunan beberapa populasi serangga.

Satu tinjauan ilmiah tentang jumlah serangga pada tahun 2019 menunjukkan 40% spesies mengalami "tingkat penurunan dramatis" di seluruh dunia.

Studi tersebut mengatakan lebah, semut, dan kumbang menghilang delapan kali lebih cepat daripada mamalia, burung, atau reptil, sementara spesies lain, seperti lalat rumah dan kecoak, kemungkinan besar akan berkembang biak.

Penulis: Syifa Dwi Mutia, reporter magang di betahita.id