LIPUTAN KHUSUS:

Krisis Energi, Inflasi Spanyol Tertinggi dalam 29 Tahun


Penulis : Tim Betahita

Lonjakan inflasi di negara dengan ekonomi terbesar keempat di Uni Eropa itu sebagian besar dikarenakan lonjakan harga listrik dan harga gas yang lebih mahal.

Energi

Minggu, 31 Oktober 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Inflasi Spanyol naik ke level tertinggi dalam 29 tahun sejak 1992 silam pada Oktober 2021. Badan Statistik setempat menuturkan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) tersebut dikarenakan krisis energi yang melanda sebagian besar wilayah Eropa.

Mengutip AFP, Kamis (28/10), inflasi tahunan Spanyol pada Oktober 2021 mencapai 5,5 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4 persen.

"Inflasi ini adalah laju tercepat sejak September 1992 yang saat itu angkanya di level 5,8 persen," tulis Badan Statistik Spanyol (INE).

Adapun, lonjakan inflasi di negara dengan ekonomi terbesar keempat di Uni Eropa itu sebagian besar dikarenakan lonjakan harga listrik dan harga gas yang lebih mahal.

Gubernur Bank of Spain, bank sentral Spanyol, Pablo Hernandez de Cos memperingatkan bahwa tingkat inflasi yang lebih tinggi mungkin akan terjadi selama beberapa bulan ke depan.

Pasalnya, Spanyol dan negara-negara di Uni Eropa akan menghadapi musim dingin yang mendorong permintaan energi meningkat di tengah kenaikan harga listrik dan harga gas.

Seperti negara-negara Uni Eropa lainnya, inflasi di Spanyol merosot sejak awal tahun karena ekonomi di sebagian besar tahun lalu terdampak penguncian wilayah akibat pandemi corona.

Namun, kalau pun inflasi meningkat dari pemulihan ekonomi, tadinya bank sentral Eropa (ECB) memperkirakan inflasi melaju di level 2,2 persen di seluruh wilayah.

Dengan kenyataan saat ini, ECB bersikeras bahwa lonjakan inflasi bersifat sementara didorong oleh efek terkait pandemi yang akan bertahap hilang pada 2022 mendatang.


Penolakan terhadap pembangunan ini tidak hanya terjadi di Batang tetapi juga di tempat-tempat lain seperti Indramayu, Cirebon, Jepara, Bengkulu, dan Cilacap. PLTU ini dinilai bertentangan dengan visi Nawacita Jokowi yakni kedaulatan pangan dan kedaulatan energi. (Ardiles Rante/Greenpeace)