LIPUTAN KHUSUS:

Studi di Brazil Temukan Korelasi Naiknya Suhu dan Masalah Ginjal


Penulis : Kennial Laia

Studi terbaru di Brazil menemukan korelasi antara kenaikan suhu akibat perubahan iklim dan meningkatnya penyakit ginjal di negara tersebut.

Perubahan Iklim

Minggu, 09 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Perubahan iklim telah meningkatkan risiko penyakit dan kematian manusia secara global. Sebuah studi di Brazil baru-baru ini menemukan hubungan antara kenaikan suhu—akibat emisi karbon—dan penyakit ginjal di negara tersebut.

Para ilmuwan mengumpulkan data dari 1.816 kota di Brazil antara 2000 dan 2015. Penelitian data-silang kemudian dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana korelasi antara suhu yang tinggi dan tren kenaikan penyakit renal di wilayah tersebut. Hasilnya, keringat yang disebabkan oleh suhu tinggi dan dehidrasi yang diakibatkannya memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit ginjal. 

Penelitian tersebut diterbitkan di jurnal The Lancet oleh kolaborasi ilmuwan dari Brazil dan Australia. Para ilmuwan mencatat setiap kenaikan suhu rata-rata harian sebesar 1°C, risiko rawat inap untuk penyakit ginjal selama 0-7 hari diperkirakan meningkat sebesar 0.9% di tingkat nasional.

Selama masa studi 16 tahun, terdapat sebanyak 2,726,886 rawat inap untuk penyakit ginjal di Brazil. Dari angka tersebut, lebih dari 200,000 kasus berhubungan langsung dengan kenaikan suhu. Padahal ginjal memiliki fungsi utama seperti membersihkan tubuh dari kotoran dan racun, mengatur air dan menjaga keseimbangan mineral seperti natrium, kalium, dan fosfor, serta melepaskan hormon yang menjaga tekanan darah dan mengatur produksi sel darah merah.

Ilustrasi gelombang panas ekstrem. Foto: iStock

Laporan tersebut mengatakan bahwa penyakit ginjal telah menjadi masalah kesehatan global, walaupun masih kurang mendapatkan perhatian. Gangguan fungsi ginjal termasuk gagal ginjal akut dan penyakit ginjal kronis. Pada 2017, penyakit ini membunuh 2.59 jiwa, naik 26.6% sejak 2007.

Di Brazil, penyakit ini telah menjadi beban kesehatan yang besar. Diperkirakan prevalensi keseluruhan penyakit ginjal kronis lebih dari 6.7%. Sementara itu  pengeluaran biaya untuk dialisis ginjal telah meningkat lebih dari dua kali lipat dari US$340 juta pada 2000 menjadi US$713 juta pada 2009. 

Data dari Brazilian Nephrology Society menunjukkan bahwa lebih dari 10 juta jiwa menderita dari gangguan ginjal di negara tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Australia dan Brazil ini juga menemukan bahwa kelompok paling rentan terhadap penyakit ginjal akibat suhu yang tinggi adalah perempuan, anak-anak (0-4 tahun), dan lanjut usia ≥ 80 tahun.

“Sejalan dengan penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa anak-anak, dewasa muda, dan orangtua di atas 80 tahun lebih rentan terhadap pengaruh peningkatan suhu, yang dapat dikaitkan dengan sistem fisiologis yang belum matang atau penurunan termotoleransi dan gangguan sensasi haus,” tulis laporan tersebut.

Perempuan juga memiliki risiko rawat inap dibandingkan dengan pria. Hasil ini serupa dengan temuan dari penelitian di Korea yang menunjukkan bahwa perempuan mungkin lebih rentan terhadap suhu tinggi ketimbang laki-laki. Namun penelitian lain juga menunjukkan bahwa laki-laki, terutama mereka yang hipertensi, cenderung lebih rentan terhadap gagal ginjal akut sebagai respons terhadap suhu tinggi.

“Kami juga mengamati bahwa asosiasi bervariasi di berbagai daerah, yang mungkin terkait dengan status sosial ekonomi daerah yang berbeda,” tulis laporan tersebut.

Pemanasan global memengaruhi kesehatan manusia secara signifikan dan diperkirakan 125 juta orang rentan lainnya terancam oleh paparan panas antara tahun 2000 dan 2016.