LIPUTAN KHUSUS:
Ada 51 Izin Konsesi Kawasan Hutan Yang Dicabut di Tanah Papua
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Ada 51 izin konsesi kawasan hutan yang dicabut di Tanah Papua. Sebagian besar didominasi oleh persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk sawit.
Hutan
Rabu, 12 Januari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Dari 192 izin konsesi di kawasan hutan yang dicabut Menteri Lingkungan Hidup (LHK) 5 Januari 2022 lalu, 51 izin di antaranya berada di wilayah Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat). Luas areal perizinan yang dicabut di Bumi Cendrawasih itu mencapai sekitar 1.287.030,37 hektare.
51 izin itu terdiri dari 48 surat keputusan (SK) persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan--termasuk 3 persetujuan prinsip, dan 3 perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH). Selain 51 izin itu, ada 1 izin yang sudah dicabut pada periode sebelumnya dan ada 4 izin lainnya yang masuk dalam daftar evaluasi.
Berdasarkan data Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, setidaknya ada 62 SK persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit yang diterbitkan pemerintah di Tanah Papua. Dilihat dari tahun penerbitannya, yang terlama terbit sejak 1992 dan terbaru pada 2019.
Bila dirinci 35 SK berada di wilayah Provinsi Papua seluas sekitar 946.620 hektare, tersebar di 7 kabupaten/kota yakni Boven Digoel, Jayapura, Mappi, Merauke, Mimika, Nabire dan Sarmi. Sedangkan di Provinsi Papua Barat ada 27 SK seluas kurang lebih 501.532 hektare, berada di 9 kabupaten/kota yaitu di Fakfak, Manokwari, Manokwari Selatan, Sorong, Sorong Selatan, Tambraw, Teluk Bintuni, Teluk Wondama dan Raja Ampat.
Dari 62 SK persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk kebun sawit itu, 47 SK dicabut oleh Menteri LHK melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MenLHK) Nomor: SK.01.MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2022 pada 5 Januari 2022 kemarin. 47 SK yang dicabut itu, 25 SK berada meliputi areal seluas 676.752 hektare berada di wilayah Papua, dan 22 SK lainnya--termasuk SK Persetujuan Prinsip--mencakup areal seluas 388.469 hektare berada di wilayah Papua Barat.
25 SK Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan yang Dicabut di Provinsi Papua
NO |
NO SK |
PERUSAHAAN |
LUAS |
KABUPATEN |
1 |
2/1/PKH/PMA/ |
PT AGRIPRIMA CIPTA PERSADA |
6.089,88 |
MERAUKE |
2 |
835/MENHUT-II/2014 |
PT BERKAT CIPTA ABADI (II) |
14.434,95 |
BOVEN DIGOEL |
3 |
779/MENHUT-II/2014 |
PT DAYA INDAH NUSANTARA |
10.576,27 |
SARMI |
4 |
830/MENHUT-II/2014 |
PT DUTA VISI GLOBAL |
33.975,45 |
BOVEN DIGOEL |
5 |
702/MENHUT-II/2011 |
PT MANUNGGAL SUKSES MANDIRI |
38.552,00 |
BOVEN DIGOEL |
6 |
111/MENHUT-II/2012 |
PT MEGASURYA MAS |
13.839,60 |
JAYAPURA |
7 |
680/MENHUT-II/2014 |
PT PERMATA NUSA MANDIRI |
16.182,48 |
JAYAPURA |
8 |
21/MENHUT- |
PT SIRINGO-RINGO |
29.278,00 |
JAYAPURA |
9 |
394/MENHUT-II/2012 |
PT SUMBER INDAH PERKASA |
20.143,30 |
JAYAPURA |
10 |
703/MENHUT-II/2011 |
PT TRIMEGAH KARYA UTAMA |
39.716,00 |
BOVEN DIGOEL |
11 |
833/MENHUT-II/2014 |
PT TUNAS AGUNG SEJAHTERA |
39.500,42 |
MIMIKA |
12 |
844/MENHUT-II/2014 |
PT TUNAS SAWAERMA |
19.001,60 |
BOVEN DIGOEL |
13 |
120/MENHUT-II/2013 |
PT USAHA NABATI TERPADU |
37.467,00 |
BOVEN DIGOEL |
14 |
838/MENHUT-II/2014 |
PT VISI HIJAU NUSANTARA |
24.187,25 |
BOVEN DIGOEL |
15 |
855/MENHUT-II/2014 |
PT WAHANA AGRI KARYA |
14.728,05 |
BOVEN DIGOEL |
16 |
752/MENHUT-II/2014 |
PT WIRA ANTARA |
20.264,02 |
JAYAPURA |
17 |
1/1/PKH/PMA/ |
PT AGRINUSA PERSADA MULIA |
12.245,80 |
MERAUKE |
18 |
217/MENHUT-II/2012 |
PT ENERGI SAMUDRA KENCANA |
36.206,00 |
BOVEN DIGOEL |
19 |
218/MENHUT-II/2012 |
PT GRAHA KENCANA MULIA |
39.478,00 |
BOVEN DIGOEL |
20 |
127/MENHUT-II/2012 |
PT KARTIKA CIPTA PRATAMA |
39.338,00 |
BOVEN DIGOEL |
21 |
126/MENHUT-II/2012 |
PT MEGAKARYA JAYA RAYA |
39.505,00 |
BOVEN DIGOEL |
22 |
455/KPTS-II/1999 |
PT MERAUKE SAWIT JAYA |
35.297,10 |
MERAUKE |
23 |
552/MENHUT-II/2012 |
PT PAPUA AGRO LESTARI |
32.347,40 |
MERAUKE |
24 |
611/MENHUT-II/2009 |
PT PUSAKA AGRO LESTARI |
38.159,60 |
MIMIKA |
25 |
185/KPTS-II/2000 |
PT RIMBA MATOA LESTARI |
29.588,70 |
JAYAPURA |
TOTAL |
676.751,68 |
Sumber: Yayasan Pusaka Bentala Rakyat
22 SK Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan yang Dicabut di Provinsi Papua Barat
N0 |
N0 SK |
PERUSAHAAN |
LUAS (HA) |
KABUPATEN |
1 |
15/MENHUT- |
PT ANEKA BUMI PAPUA |
3.207 |
MANOKWARI SELATAN |
2 |
13/MENHUT- |
PT.BERKAT SETIAKAWAN ABADI |
8.937 |
TELUK WONDAMA |
3 |
873/MENHUT- |
PT BINTUNI AGRO PRIMA PERKASA |
19.369 |
TAMBRAW |
4 |
2/1/PKH/PMDN/ |
PT HCW PAPUA PLANTATION |
16.661 |
TELUK BINTUNI |
5 |
262/MENHUT- |
PT INTI KEBUN LESTARI |
14.377 |
SORONG |
6 |
16/1/PKH/PMDN |
PT MENARA WASIOR |
28.839 |
TELUK WONDAMA |
7 |
6/1/PKH/PMDN |
PT PAPUA LESTARI ABADI |
13.757 |
SORONG |
8 |
18/1/PKH/PMDN |
PT PERSADA UTAMA AGRO MULIA |
12.101 |
SORONG SELATAN |
9 |
84/MENHUT- |
PT PUSAKA AGRO MAKMUR |
24.897 |
SORONG SELATAN |
10 |
462/MENHUT- |
PT VARIA MITRA ANDALAN |
20.325 |
SORONG SELATAN |
11 |
341/MENHUT- |
PT INTI KEBUN SAWIT |
13.385 |
SORONG |
12 |
516/MENHUT- |
PT INTI KEBUN SEJAHTERA |
19.655 |
SORONG |
13 |
313/MENHUT- |
PT MEDCO PAPUA HIJAU SELARAS |
6.791 |
MANOKWARI |
14 |
371/KPTS- |
PT NUSA IRIAN JAYA INDAH |
467 |
RAJA AMPAT |
15 |
731/MENHUT- |
PT PERMATA PUTRA MANDIRI |
34.147 |
SORONG SELATAN |
16 |
606/MENHUT- |
PT PUTERA MANUNGGAL PERKASA |
23.424 |
SORONG SELATAN |
17 |
5/1/PKH/PMDN |
PT SORONG AGRO SAWITINDO |
18.160 |
SORONG |
18 |
452/MENHUT- |
PT SUBUR KARUNIA RAYA |
38.770 |
TELUK BINTUNI |
19 |
46/MENHUT- |
PT VARITA MAJUTAMA (II) |
35.371 |
TELUK BINTUNI |
20 |
6/1/PP-LKH/ |
PT CIPTA PAPUA PLANTATION |
15.310 |
SORONG SELATAN |
21 |
S.326/Menhut- |
PT INTERNUSA JAYA SEJAHTERA |
4.950 |
SORONG SELATAN |
22 |
5/1/PP-LKH/ |
PT MEGA MUSTIKA PLANTATION |
9.168 |
SORONG SELATAN |
TOTAL |
|
388.469 |
|
*) Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan
Sumber: Yayasan Pusaka Bentala Rakyat
Selain 47 SK persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit yang dicabut itu, ada pula satu persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan lainnya yang dicabut, yaitu SK.593/KPTS-II/1997
atas nama PT Freeport/PT Pangansari seluas 827 hektare di Mikika, Papua.
Dalam SK.01.MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2022 tentang Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan yang ditetapkan pada 5 Januari 2022 itu terlampir pula daftar izin yang dievaluasi. Dalam daftar ini ada 4 persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan--termasuk 1 persetujuan prinsip--yang berada di Tanah Papua.
4 SK itu adalah SK.636/MENLHK/SETJEN/PLA.2/8/2019 atas nama PT Prima Sarana Graha seluas 21.082 hektare (Mimika-Papua), SK.2/1/PKH/PMDN/2018 atas nama PT Sawit Makmur Abadi seluas 28.817 hektare (Nabire-Papua), SK.896/MENLHK/SETJEN/PLA.2/10/2019 atas nama PT Anugerah Sakti Internusa seluas 14.677 hektare (Sorong Selatan-Papua Barat) dan Persetujuan Prinsip SK.S.382/Menhut-II/2014 atas nama PT Surya Lestari Nusantara seluas 36.145 hektare (Merauke-Papua).
Dalam momen yang sama MenLHK Siti Nurbaya juga mencabut 3 PBPH--sebelumnya disebut HPH/IUPHHK-HA dan HTI/IUPHHK-HT--seluas total 224.758 hektare. Tiga PBPH itu adalah SK.396/Menhut-II/2005 milik PT Sumber Mitra Jaya I dengan seluas areal 102.250 hektare (Sarmi-Papua), SK.556/Menhut-II/2006 milik PT Sumber Mitra Jaya II areal seluas 52.160 (Sarmi-Papua) dan SK.04/Kpts-II/01 milik PT Irmasulindo (Unit II) seluas 70.380 hektare (Kaimana-Papua Barat).
Kemudian ada satu PBPH lain yang dicabut oleh Menteri LHK pada periode September 2015-Juni 2021 lalu, yakni SK.39/Menhut-II/2009 atas nama PT Global Partners Indonesia seluas 144.940 hektare di Asmat, Papua. Satu SK lainnya, yakni SK.880/Menhut-II/2014 atas nama PT Wahana Samudra Sentosa seluas 79 hektare di Merauke, Papua, masuk dalam daftar perizinan yang dievaluasi.
Berdasarkan catatan Yayasan Pusaka, selain sawit, di Tanah Papua sebenarnya juga terdapat banyak Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang pernah diterbitkan pemerintah. Jumlah PBPH itu kurang lebih 83 izin, 52 izin di Papua dan 31 izin di Papua Barat, yang bila ditotal luasnya mencapai sekitar 12.887.608 hektare. Tapi kini sebagian PBPH itu statusnya sudah dicabut, dibatalkan, ditolak, tidak aktif dan belum beroperasi.
Jangan Lagi Terbitkan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan di Tanah Papua
Atas pencabutan puluhan izin konsesi di Kawasan Hutan itu, Yayasan Pusaka Bentala Rakyat mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Yang pertama, pemerintah harus segera memulihkan hak-hak dasar Masyarakat Adat Papua dengan mengakui dan mengembalikan hak-hak masyarakat adat atas tanah dan hutan adatnya, untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan secara adil dan lestari, berdasarkan hukum pengetahuan dan kelembagaan adat, serta teknologi, inovatif yang ramah sosial dan ekologi.
"Kedua, pemerintah dan perusahaan bertanggung jawab merehabilitasi lahan, sumber pangan serta kawasan hutan yang rusak dan tercemar, melalui program pemberdayaan dan rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat adat setempat," Frangky Samperante kata Direktur Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, Minggu (9/1/2022) kemarin.
Terakhir, Franky meminta pemerintah untuk tidak lagi memberikan kemudahan perizinan, melainkan memberikan sanksi dan disinsentif pada korporasi yang melanggar hukum serta tidak bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi, pemulihan lingkungan, menolak da membatasi pengajuan izin baru.
"Serta mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana peruntukan tata ruang dan fungsi sosial ekologis," kata Frangky.
Ambo Kalagilit dari Suku Moi Kabupaten Sorong juga berharap demikian. Ia berharap pemerintah tidak lagi menerbitkan izin atau persetujuan pelepasan kawasan hutan di Sorong. Ia berharap kepala daerah, baik bupati maupun gubernur juga tidak memberikan rekomendasi untuk persetujuan pelepasan kawasan hutan lagi.
"Pemerintah harus memberikan pengakuan kepada masyarakat adat, serta menetapkan status hutan tersebut menjadi hutan adat," kata Ambo, Minggu (9/1/2022).