LIPUTAN KHUSUS:
Saola, Satwa Misterius Yang Dijuluki Unicorn Asia
Penulis : Kennial Laia
Pencarian mamalia misterius, Saola, terus dilakukan. Berada di ambang kepunahan, para ilmuwan berniat mengadakan program penangkaran.
Satwa
Sabtu, 15 Januari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kekayaan hayati di seluruh dunia selalu menyisakan misteri bagi dunia sains. Saola, satwa yang berhabitat di Asia, merupakan salah satu hewan paling misterius dan langka di dunia. Mamalia ini dijuluki sebagai unicorn Asia.
Saola juga memiliki tanda putih mencolok di wajah dan kelenjar rahang atas yang besar di moncongnya. Ini dapat digunakan untuk menandai wilayah atau menarik perhatian pasangan. Bobotnya bisa mencapai 80-100 kilogram.
Saola ditemukan dua dekade lalu pada Mei 1992 saat survei gabungan oleh Kementerian Kehutanan Vietnam dan World Wild Fauna di wilayah cagar alam di utara Vietnam. Tim menemukan dua tengkorak hewan dan tanduk dengan bentuk tidak biasa yang tidak teridentifikasi.
Temuan itu merupakan penemuan baru hewan mamalia besar pertama selama 50 tahun. Setelah mengumpulkan 20 spesimen lainnya, termasuk kulit, hasil laboratorium pada 1993 mengungkap bahwa saola tak hanya spesies baru.
Secara keseluruhan, saola berasal dari genus baru dalam keluarga biologis bovidae. Hewan yang termasuk dalam kelompok ini termasuk sapi, domba, kambing, dan kijang.
Hewan ini awalnya dinamai Vu Quang Ox, namun segera berubah menjadi saola (Pseudoryx nghetinhensis) yang berarti “tanduk spindel” dari bahasa suku etnik Lao di Laos dan Vietnam.
Saola (baca sow-la) bisa dikenali dari dua tanduk paralel tajam yang dapat mencapai panjang 50 cm. Tanduk ini dimiliki baik jantan maupun betina. Saola merupakan sepupu sapi, namun memiliki kemiripan dengan kijang.
Namun, kelestarian saola sangat mengkhawatirkan. Setelah didapuk sebagai salah satu penemuan zoologis paling spektakuler pada abad ke-20, populasinya justru berkurang masif dari tahun ke tahun. Penyebabnya adalah perburuan liar yang marak di Vietnam sejak 1994.
Meskipun saola bukan target utama pemburu, banyaknya jaring yang dipasang di area hutan ikut mematikan hewan ini.
Pada 2001, populasi saola diperkirakan tinggal 70-700 di Laos dan ratusan di Vietnam. Belakangan, estimasinya turun menjadi di atas 100 individu, sehingga dikategorikan sebagai “terancam punah” dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Saola terakhir tertangkap kamera jebakan pada 2013 di Cagar Alam Saola di bagian tengah Vietnam. Sejak saat itu, penduduk lokal terus melaporkan keberadaannya di dan sekitar taman nasional Pu Mat di Vietnam dan di provinsi Bolikhamxay, Laos.
Berbagai upaya pencarian dilakukan yang bertujuan untuk program penangkaran. Kesadaran masyarakat pun dibangun dan pencarian informasi gencar dilakukan di kalangan masyarakat. Sebanyak 300 kamera jebakan dipasang di sekitar hutan lindung Khoun Xe Nongma di Laos. Namun, hingga saat ini belum ada hasil.
Menurut IUCN, hanya sekitar 30% dari habitat potensial Saola yang telah diamati dan hanya 2% telah area yang ditelusuri secara intensif. Teknologi kamera jebakan disebut tidak cukup untuk mendeteksi hewan tersebut.
Diperlukan modal besar untuk memperluas skala pencarian saola. “Sudah jelas bahwa upaya pencarian harus ditingkatkan secara signifikan dari skala dan intensitas jika kita ingin menyelamatkan spesies ini dari kepunahan,” kata direktur Komite Penyelamatan Spesies IUCN Nerissa Chao, dikutip The Guardian.
Selain itu, organisasi bernama Saola Foundation juga menggalang dana untuk program pelatihan anjing yang dapat mendeteksi tanda-tanda keberadaan saola, seperti kotoran. Jika hasil uji laboratorium positif, tim ahli penelusuran satwa liar akan turun ke hutan mencari saola. Jika berhasil, saola yang ditangkap akan dibawa ke pusat penangkaran.