LIPUTAN KHUSUS:

Lumba-Lumba Irrawady Terancam Punah Sungai Mekong Ditemukan Mati


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Populasi lumba-lumba air tawar telah punah di timur laut Kamboja setelah anggota terakhirnya terjerat alat tangkap nelayan dan mati.

Biodiversitas

Senin, 21 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Lumba-lumba irrawaddy (Orcaella brevirostris) ditemukan mati di tepi Sungai Mekong di Provinsi Stung Treng, Kamboja, akibat terjerat alat tangkap ikan, pada 15 Februari 2022 kemarin. Ini adalah populasi yang terakhir hidup di bentangan tertentu Sungai Mekong.

Lumba-lumba irrawaddy ditemukan di daerah pesisir Asia Selatan dan Tenggara. Mereka hanya hidup di tiga sungai, Sungai Ayeyarwady di Myanmar, Sungai Mahakam di Kalimantan Indonesia, dan Sungai Mekong di Kamboja.

Lumba-lumba irrawaddy Sungai Mekong sudah langka. Sungai Mekong, dengan panjang 2.700 mil, adalah sungai terpanjang ke-12 di dunia, mengalir dari Kamboja ke Myanmar. Namun, lumba-lumba hanya menghuni bentangan sungai sepanjang 118 mil antara Kamboja dan Laos. World Wildlife Fund memperkirakan hanya tersisa sekitar 90 ekor di kawasan ini.

Lumba-lumba malang ini telah dipantau oleh para ahli. Setelah melihat luka-lukanya, mereka mencoba mencari cara untuk menyelamatkannya, lapor The Phnom Penh Post. Namun, pihak berwenang mengatakan mereka tidak memiliki peralatan dan teknik penangkapan, yang berarti mereka tidak dapat menangkap hewan itu untuk dirawat.

Foto stok menunjukkan lumba-lumba Irrawaddy. Mereka hanya ditemukan di tiga sungai di dunia./Foto: Isuaneye/Getty Images

Sebaliknya, mereka terus mengawasi lumba-lumba untuk memastikan tidak diganggu oleh nelayan. Namun akhirnya, lumba-lumba yang kesepian itu mati karena luka-lukanya. Luka-lukanya itu mencegahnya berenang dengan cukup baik untuk berburu.

Seorang juru bicara organisasi kampanye sukarelawan Blue Planet Society mengatakan kepada Newsweek, lumba-lumba irrawaddy tidak digambarkan sebagai spesies terpisah oleh sains sampai 2005, ketika dunia sudah di ambang kehilangan mereka.

"Penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, pembangunan dan perusakan habitat berdampak buruk pada kehidupan laut. Kecuali jika kita menyisihkan lebih banyak kawasan lindung untuk satwa liar kita yang berharga, sayangnya kita dapat mengharapkan tren ini berlanjut," kata juru bicara itu.

Ancaman utama yang dihadapi lumba-lumba air tawar adalah menjadi korban by catch, yaitu tertangkapnya hewan secara tidak sengaja pada alat tangkap.

Penangkapan ikan di Provinsi Stung Treng penting bagi mata pencaharian masyarakat setempat, tetapi juga dianggap sebagai salah satu habitat terakhir yang tersedia bagi banyak spesies ikan untuk berkembang biak.

Setiap tahun antara 1 Mei dan 30 September, Pemerintah Provinsi Stung Treng memerintahkan penutupan musim penangkapan untuk memungkinkan ikan berhasil berkembang biak. Namun, nelayan masih diperbolehkan untuk terus menangkap ikan dengan alat skala kecil selama ini.

NEWSWEEK