LIPUTAN KHUSUS:
Masa Depan Tak Pasti bagi Seekor Macan Tutul Persia
Penulis : Aryo Bhawono
Ia tidak akan pernah bisa kembali ke alam liar, kemampuannya untuk berburu dan melompat telah hilang seiring dengan hilangan kaki belakang dan tiga gigi taringnya.
Satwa
Selasa, 22 Februari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Seekor macan tutul Persia langka tengah mendekam di kebun binatang Irak. Ia menghadapi masa depan tak pasti setelah kakinya terpaksa diamputasi karena perangkap.
Enam pekan lalu, macan tutul jantan itu terkena perangkap yang dipasang seorang warga desa. Peternak itu baru saja kehilangan puluhan kambing di Pegunungan Batifa, Provinsi Duhok Utara, Wilayah Otonomi Kurdistan.
Dikutip dari Guardian, seorang dokter hewan, Sulaiman Tameer, dipanggil untuk membantu menangkap hewan itu. Ia, warga pemasang perangkap, dan tentara Peshmerga Kurdi melacak macan tutul itu ke pegunungan. Sampai di puncak, terlihat hewan itu telah menyeret perangkap yang mencengkeram kakinya. .
Tameer memperkirakan macan tutul telah terjebak dalam perangkap selama setidaknya 10 hari dan kehilangan banyak darah. Hewan itu jatuh dari gunung dan terjun ke sungai sekitar 30 meter di bawahnya. Di sana, anjing-anjing mengepungnya dan Tameer menembaknya dengan senapan bius.
Perangkap itu telah mematahkan tulang, merobek otot dan tendon, serta menusuk arteri. Jelas bagi Tameer, kaki bagian bawah hewan itu harus diamputasi.
Sebuah tim spesialis yang dibentuk melalui International Union for Conservation of Nature (IUCN) diminta untuk membantu merawat macan tutul. Seorang ahli bedah hewan Belanda, Hans Nieuwendijk, dan dokter ahli satwa liar Iran, Iman Memarian, tiba di Duhok pada akhir Januari. Mereka melakukan operasi kedua untuk mengamputasi kaki tepat di bawah sendi pinggul dengan improvisasi ruang operasi di kandang di kebun binatang.
Hewan itu dijuluki Plinga Batifa (Batifa sang Leopard), pejantan seberat 65 kg ini berusia sekitar lima atau enam tahun sedangkan umur yang diharapkan adalah 10-15 tahun. Ia telah pulih dari operasi, tetapi tidak akan pernah bisa kembali ke alam liar. Kemampuannya untuk berburu dan melompat telah hilang seiring dengan hilangan kaki belakang dan tiga gigi taringnya.
Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di ruangan gelap berukuran 3 kali 4 meter, yang menyediakan isolasi dari kebisingan dan bau kebun binatang. Sebuah ruang seluas 120 meter persegi dapat dijelajahi oleh macan tutul hanya setelah gelap, ketika kebun binatang ditutup dan orang-orang telah pergi.
Bau jaguar dan harimau di kandang tetangga membuat macan tutul itu merasa tegang. Sebuah video baru-baru ini menunjukkan hewan itu bergerak di sekitar kandang, tetap rendah ke tanah.
Para ahli berharap ia bisa segera dipindahkan ke lokasi yang lebih cocok. “Yang terbaik adalah pergi ke pusat rehabilitasi, jika tidak ia akan menjadi hewan penangkaran dan di kebun binatang sepanjang hidupnya,” kata Tameer. Tetapi dia mencatat tidak ada pilihan seperti itu di Irak atau negara tetangga terdekatnya.
Rumah macan tutul saat ini adalah tempat terburuk untuknya, menurut Nieuwendijk. Macan tutul Persia adalah hewan penyendiri, mereka terbiasa memiliki jangkauan ribuan mil untuk bertemu macan tutul lain hanya setahun sekali. Itu pun terjadi hanya satu hari, untuk kawin.
“Ini sangat menakutkan dan sangat, sangat agresif,” kata Nieuwendijk.
Ia mencatat bahwa hewan itu tidak hanya berisiko bagi dirinya sendiri di kebun binatang, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. “Jika hewan itu tetap tinggal,” kata dia, “Saya hanya berharap dia mati dengan cepat.”
Macan Tutul Persia hanya ditemukan di Turki, Iran, Irak, Armenia dan pegunungan Kaukasus. Hewan itu terancam punah dan diperkirakan jumlahnya kurang dari 1.000 di alam liar. Hana Raza, seorang ahli biologi dan pendiri program konservasi macan tutul di Kurdistan Irak, mengatakan hanya ada sekitar 20 hingga 25 macan tutul yang tersisa di Irak.
Mereka menyebar melalui hutan pegunungan, tetapi habitat mereka menyusut. Jumlah macan tutul di alam liar sangat sedikit sehingga menghilangkan satu individu saja dapat membahayakan seluruh populasi. "Kami tidak tahu apa yang kami kehilangan sekarang," katanya.
Wilayah ini kekurangan sumber daya dan keahlian untuk membiakkan macan tutul sebagai bagian upaya konservasi spesies. Raza ingin melihat macan tutul dipinjamkan ke fasilitas Eropa di mana ia akan dirawat dan digunakan dalam program pengembangbiakan seperti yang direkomendasikan oleh IUCN.
Dia berusaha mendapatkan dukungan pemerintah daerah, tetapi sejauh ini tidak dapat mengamankan pertemuan dengan gubernur provinsi. Seberapa cepat macan tutul dapat dipindahkan, semua tergantung pada seberapa mendesak pemerintah memperlakukan.
Posisi pemerintah adalah menjaga macan tutul di negara itu. “Di bawah pengawasan dan perawatan tim dokter hewan dan spesialis dalam pengaturan yang tepat”, kata , Kepala Dewan Lingkungan Pemerintah Daerah Kurdistan, Abdulrahman Seediq.