LIPUTAN KHUSUS:
Sifat Sosial Bantu Semut Beradaptasi dengan Krisis Iklim
Penulis : Tim Betahita
Studi akademisi di Inggris mengungkap bagaimana semut dapat beradaptasi dengan krisis iklim.
Satwa
Jumat, 18 Maret 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Sebuah studi terbaru mengungkap dampak krisis iklim terhadap populasi semut. Penelitian yang dilakukan oleh University of Liverpool, Inggris, menjelaskan bahwa sifat sosial serangga ini memberikan perlindungan dalam merespons perubahan iklim.
Semut merupakan salah satu serangga yang paling dominan di dunia. Hewan ini berlimpah, dari segi jumlah dan biomassa, serta dapat ditemukan di setiap benua kecuali Antartika. Semua memiliki peran penting dalam jaringan dan proses ekologi, namun kemampuan mereka beradaptasi terhadap perubahan iklim tidak banyak diketahui.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology meninjau literatur akademis yang mengkaji respons populasi semut terhadap perubahan suhu.
Diketahui bahwa semut memiliki sifat sosial dengan membentuk koloni yang kompleks dan sangat terorganisir, dengan ukuran kecil hingga besar. Siklus hidup mereka melibatkan semut pekerja yang steril yang mendukung sejumlah kecil individu reproduktif.
Studi itu kemudian menyoroti bahwa struktur sosial populasi semut dapat memungkinkan mereka untuk beradaptasi atau mentolerir perubahan iklim dengan cara yang tidak dapat dilakukan organisme soliter.
Ini juga mengungkapkan bahwa spesies semut yang bersarang di bawah tanah di mana mereka dapat memindahkan induknya ke suhu yang lebih rendah lebih terlindungi, dan sebaliknya beberapa dapat mengambil manfaat dari suhu tinggi, terutama di daerah beriklim sedang.
Ahli ekologi Universitas Liverpool Profesor Kate Parr, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan: “Bagaimana perubahan iklim memengaruhi populasi semut dan dampak yang lebih luas yang akan terjadi pada ekosistem tidak terlalu dipahami dengan baik.”
“Studi ini menyoroti masalah ini. Serangga yang paling dominan di hampir semua ekosistem dan memainkan peran kunci dalam banyak proses ekosistem sehingga setiap perubahan pada kelimpahan dan hilangnya beberapa spesies karena itu akan memiliki konsekuensi yang beruntun di ekosistem,” jelasnya.
“Penelitian kami menyoroti spesies dan wilayah yang berisiko dari perubahan iklim, tetapi juga mereka yang mungkin mampu beradaptasi dengannya. Namun penelitian lebih lanjut diperlukan khususnya untuk lebih memahami bagaimana semut merespons perubahan curah hujan, karbon dioksida, atau rezim ultra violet, dan bagaimana ini semua memengaruhi ekosistem yang lebih luas.”