LIPUTAN KHUSUS:

Hutan Sulteng Rusak oleh Pembalakan dan Penambangan Liar


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Maraknya pembalakan dan penambangan liar, diperparah dengan perubahan tata ruang pada kawasan hutan, menjadikan hutan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) rusak.

Hutan

Kamis, 24 Maret 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Taman Nasional Lore Lindu (BTNLL) Hasmuni Hasman menyebut, maraknya pembalakan dan penambangan liar, diperparah dengan perubahan tata ruang pada kawasan hutan, menjadikan hutan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) rusak.

"Kondisi tersebut terjadi baik hutan yang berada dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu maupun di luar kawasan Taman Nasional Lore Lindu," katanya, dilansir dari Antara.

Hasmini menjelaskan, luas kawasan hutan di Sulteng yang masuk kategori kritis akibat rusak karena mengalami penggundulan hutan atau deforestasi mencapai 264.874 hektare. Angka tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 306 Tahun 2018 tentang Penetapan Lahan Kritis Nasional.

Berdasarkan data 2019-2020, angka deforestasi di wilayah Provinsi Sulteng tercatat seluas 44.523,9 hektare. Menurutnya, perlu keterlibatan semua pihak, termasuk masyarakat, untuk mengatasi persoalan tersebut.

Deforestasi di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dalam hitungan waktu 2010 sampai dengan 2018 mencapai 7.923 hektare./Foto: Kompas Peduli Hutan (KOMIU)

"Hutan di kawasan Taman Nasion Lore Lindu ditetapkan sebagai cagar biosfer sejak 1977 oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) dan menjadi paru-paru dunia. Ini harus menjadi perhatian kita semua untuk menjaga kelestarian hutan," ujarnya.

Hasmuni menerangkan agar hutan-hutan di Sulteng yang masih dalam kondisi kritis dapat segera pulih, BTNLL bekerja sama dengan berbagai pihak dan masyarakat terus merupakan berbagai upaya seperti penanaman kembali berbagai jenis tanaman hutan di kawasan hutan yang gundul atau reboisasi.

Kemudian memberikan bantuan pendampingan kepada masyarakat yang tinggal di desa-desa penyangga atau di desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lore Lindu agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap hutan sebagai mata pencaharian utama.

"Agar mereka tidak menggantungkan hidupnya sepenuhnya dengan hutan maka kami bantu dengan program pendampingan berupa pelatihan dan bantuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),"ujarnya.

Selain itu, ia menambahkan pihaknya juga menjadikan masyarakat di desa penyangga dan masyarakat yang tinggal di kawasan Taman Nasional Lore Lindu sebagai subjek dalam menjaga hutan dari upaya-upaya perusakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.