LIPUTAN KHUSUS:
Jejak Gelap Tiga Korporasi dalam Kasus Suap Ekspor Minyak Sawit
Penulis : Kennial Laia
Tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tersandung kasus korupsi fasiltiasi ekspor CPO memiliki rekam jejak lingkungan yang buruk.
Sawit
Jumat, 22 April 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kejaksaan Agung telah menetapkan empat tersangka kasus korupsi fasilitas ekspor minyak sawit mentah (CPO) periode 2021-2022. Kongkalikong tersebut menjadi salah satu faktor kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di tanah air.
Di antara tersangka adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Neger Kementerian Perdagangan IWW. Dari pihak swasta, terdapat Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia berinisial MPT, General Affairs PT Musim Mas (PT), dan Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group SMA.
Faktanya tiga grup yang disebut merupakan perusahaan konglomerasi yang mendominasi industri sawit di Indonesia. Wilmar Nabati Indonesia, misalnya, merupakan anak usaha Wilmar Group. Berdasarkan data 2012-2018 yang diolah Yayasan Auriga Nusantara, luas kebunnya mencapai 238.142 hektare.
Jika mengacu pada data kontribusi domestic market obligation (DMO), perusahaan ini berada di peringkat pertama yang paling banyak mengekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia. Menyumbang sebesar 99,26 juta liter.
Sementara itu Musim Mas dan Permata Hijau Group masuk ke dalam lima besar produsen minyak sawit terbesar di Indonesia. Merujuk data Auriga (2012-2018), Musim Mas memiliki luas perkebunan 200.494 hektare dan Permata Hijau Group 3.165 hektare.
PT Wilmar Nabati Indonesia
Wilmar Group didirikan dan dimiliki oleh Martua Sitorus. Berdiri sejak 1989 dengan nama awal Bukit Kapur Reksa, grup ini memiliki perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak goreng. Perusahaan ini memiliki kebun sawit di Indonesia dan sebagian di Malaysia. Berbasis di Singapura dan tercatat di Bursa Efek Singapura.
Saat ini Wilmar Group mengelola ratusan ribu hektare dan sekitar 160 pabrik pengolahan minyak sawit. Majalah Forbes pernah mendapuk grup ini sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.
Mengutip berbagai sumber, Wilmar Nabati Indonesia bergerak dalam jasa pengolahan laurat dan minyak mentah kelapa sawit terbesar di Indonesia. Perusahaan ini juga mengelola perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dan telah memegang sertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).
Perusahaan berada di bawah naungan Wilmar International Group. Yang memproduksi minyak goreng Sania Royale, Fortune, Sovia, Ol’eis, Bukit Zaitun, Mahkota, dan Goldie. Kebun sawit Wilmar Group tersebar di Sumatra, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Bukan cuma kali ini Wilmar Group tersandung kasus. Perusahaan ini beberapa kali dituduh memiliki jejak rekam buruk terkait pengelolaan lingkungan dan konflik agraria.
Pada Desember 2017, misalnya, terjadi penembakan terhadap petani di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengalami tindakan kekerasan dan penembakan oleh aparat keamanan di konsesi perkebunan kelapa sawit PT Bumi Sawit Kencana, yang merupakan anak perusahaan Wilmar Group.
Pada tahun yang sama, RSPO menyatakan Wilmar International Limited diduga mencaplok lahan milik masyarakat adat Nagari Kapa di Sumatra Barat. Lahan tersebut dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Dalam laporan “Final Countdown” (2018), Greenpeace Indonesia juga mengkritisi kegagalan Wilmar International terkait komitmen No Deforestation, Peat, and Exploitation (NDPE). Menurut organisasi kampanye tersebut, perusahaan serta pemasoknya bertanggung jawab atas deforestasi, penebangan ilegal, kebakaran di lahan gambut, dan pembukaan habitat harimau.
Data Yayasan Auriga Nusantara menyebut, terjadi kebakaran di konsesi Wilmar seluas 4.142 hektare pada 2015. Perusahaan tersebut juga memiliki perkebunan di dalam kawasan hutan seluas 86.573 hektare dan lahan gambut 31.388 hektare.
PT Musim Mas
Grup Musim mas menempati rangking kedua produsen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini dimiliki oleh Bachtiar Karim dan dua saudara lainnya, Burhan dan Bahari. Berbasis di Singapura, perusahaan asal Indonesia ini dirintis oleh Anwar Karim pada 1972.
Dikutip dari laman resminya, PT Musim Mas mengklaim sebagai perusahaan kelapa sawit terintegrasi terbesar di dunia. Kantor pusatnya di Singapura, operasi dan rantai nilai terletak di 13 negara termasuk Amerika, Eropa, dan Asia. PT Musim Mas tercatat sebagai anggota RSPO sejak 2004.
PT Musim Mas bergerak dalam bisnis produksi dan pengolahan minyak sawit. Dikutip dari laman resminya, perusahaan ini meresmikan kilang minyak sawit pertama di Belawan, Sumatra Utara. Produk awalnya adalah sabun, gliserin, dan minyak goreng. Berdasarkan data yang ada, Musim Mas menyumbang DMO sebanyak 65,32 juta liter.
Beberapa produknya meliputi minyak goreng SunCo, Tani, Good Choicem Amago, Sanco, dan Voila. Selain itu, PT Musim Mas juga memproduksi produk sabun mandi seperti Harmony, Medicare, Anita, dan Lervia.
Laporan investigasi Jikalahari (2020) menyebutkan PT Musim Mas termasuk dalam 12 perusahaan yang terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan di Riau pada 2019.
Pada 2011 dan 2012, organisasi yang sama juga melaporkan bahwa pabrik pengolahan sawit milik PT Musim Mas bersama perusahaan besar lainnya (Wilmar dan Asian Agri) memasok tandan buah segar dari area konservasi Taman Nasional Tesso Nilo.
Pada 2012 dan 2014, Jikalahari kembali melakukan investigasi terkait rantai pasok tandan buah segar yang ditanam secara ilegal di dalam Koridor Harimau Bukit Betabuh. PT Musim Mas disebut menerima sawit dari area ini.
Pada 2021, Greenpeace Indonesia juga mencantumkan PT Musim Mas sebagai salah satu produsen minyak sawit dengan konsesi di dalam wilayah konservasi seluas 1.466 hektare. Sementara itu total area tanam di dalam kawasan hutan mencapai 36.481 hektare.
PT Permata Hijau Group
Berdasarkan penelusuran Betahita, Permata Hijau Group dimiliki oleh pengusaha Robert Wijaya. Berdiri pada 1984, bisnis inti perusahaan ini adalah perkebunan kelapa sawit.
Permata Hijau Group tercatat sebagai pemain industri minyak goreng kelima terbesar di Indonesia. Kontribusi DMO perusahaan ini sebesar 21,19 juta liter. Perusahaan ini juga tercatat sebagai anggota RSPO.
Dirangkum dari laman resminya, Permata Hijau Group berbasis di Medan, Sumatra Utara. Dia mengklaim operasinya mencakup seluruh rantai nilai minyak sawit. Mulai dari perkebunan hingga industri tengah dan hilir.
Produk yang dihasilkan antara lain minyak sawit kebutuhan industri, biodiesel, minyak laurat, oleokimia, minyak khusus, dan minyak goreng kemasan untuk rumah tangga. Beberapa merek yang beredar adalah Panina, Permata, Palmata, dan Parveen.
Beberapa anak perusahaan Permata Hijau Group antara lain PT Nagamas Palmoil Lestari, PT Nubika Jaya, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Pelita Agng Agrindustri, dan PT Victorindo Alam Lestari.
Pada 2021, Rainforest Action Network (RAN) melaporkan kilang minyak PT Permata Hijau Palm Oleo di Belawan, Sumatra Utara, memasok CPO dari PT Kallista Alam. Perusahaan tersebut bermasalah karena terbukti membakar lahan untuk pembukaan lahan.