LIPUTAN KHUSUS:

Bupati Kutim Dilaporkan ke Ombudsman atas Dugaan Maladminsitrasi


Penulis : Aryo Bhawono

Maladministrasi penanganan bencana banjir Sangatta pada Maret 2022 menyebabkan warga harus bertahan hidup mandiri di tengah dan pasca bencana.

Lingkungan

Jumat, 13 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Warga korban banjir Sangatta melaporkan pemerintah kabupaten Kutai Timur atas dugaan maladministrasi penanganan bencana banjir bulan Maret lalu ke Ombudsman RI Kalimantan Timur, Kamis pagi (12/5/2022). Maladministrasi ini menyebabkan warga harus bertahan hidup mandiri di tengah dan pasca bencana.

Dugaan maladministrasi dilaporkan setelah permintaan klarifikasi penyelesaian pemulihan hak korban banjir Sangatta tak mendapat jawaban. Warga meminta rincian anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk penanganan, logistik, penampungan, hingga perbaikan kerusakan. Namun permintaan klarifikasi itu dikirimkan kepada Bupati Kutai Timur pada 14 April 2022. Namun tak berbalas. Data yang dikumpulkan oleh Fraksi Rakyat Kutim menunjukkan berbagai kerugian dan kerusakan rumah. 

Junaidi Arifin, pelapor sekaligus korban banjir Sangatta mengungkapkan, ratusan warga turut pembuatan laporan ini secara daring. Mereka mengisi dan membantu proses pendataan dugaan kelalaian yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten selama bencana alam terjadi selama periode 18-23 Maret 2022. Mereka mendata ratusan kerusakan, paling banyak di Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. 

"Upaya ini kita tempuh untuk mengingatkan kembali Bupati Kutai Timur. Bahwa puluhan ribu warga telah menjadi korban, dan belum kunjung mendapatkan pemulihan pasca bencana," ungkap Junaidi. 

Banjir pada Sabtu hingga Senin (19-22/3/2022) tercatat sebagai banjir terparah di Sangatta selama 20 tahun terakhir. Foto: Jatam

Saat banjir menerjang, lanjut Junaidi, pemerintah kabupaten lambat mengumumkan status darurat bencana. Padahal penetapan ini menjadi dasar pengerahan bantuan dan penanganan bencana.

Akibat keterlambatan ini mayoritas warga mengungsi secara mandiri tanpa bantuan evakuasi dari pemerintah. Mereka tidak mendapat pasokan makanan siap saji selama banjir tanggal 19-21 Maret. Warga juga kesulitan mendapatkan akses kesehatan, air bersih dan listrik, serta kesulitan melakukan evakuasi. 

Tak hanya itu, pada kesempatan yang sama, Agus Kurniady, warga Kecamatan Sangatta Utara yang juga menjadi korban banjir menyebutkan rumahnya mengalami kerusakan. Dinding dan lantai yang jebol, hingga perabotan berbahan kayu juga elektronik tidak dapat digunakan lagi. 

Kini Agus masih was-was karena sejak kemarin (11/5/2022) Sungai Sangatta kembali meluap. Banjir pun tidak terelakkan terutama di wilayah dataran rendah hingga pemukiman di sepanjang bantaran sungai. 

"Kami berharap pemerintah Kabupaten Kutai Timur dapat membantu pemulihan setelah banjir," harap Agus.

Banjir di Sangatta pada Maret lalu mencapai ketinggian 2 meter. Lima Desa tergenang air dan menelan korban jiwa satu orang.