LIPUTAN KHUSUS:

Mimpi Udara Bersih Tanpa Batubara


Penulis : Redaksi Betahita

Pemerintah Indonesia kini mengandalkan apa yang sering disebut sebagai teknologi 'batu bara bersih' dalam upaya mencapai target tujuan penurunan iklim.

Energi

Selasa, 25 April 2017

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Pemerintah Indonesia kini mengandalkan apa yang sering disebut sebagai teknologi 'batu bara bersih' dalam upaya mencapai target tujuan penurunan iklim. Hal ini terdengar cukup aneh, karena  bahkan di negara-negara dengan sumber energi baru dan teknologi lebih maju ketimbang Indonesia pun, pemanfaatan energi batu bara bersih sering disebut sebagai impian.

Secara teori, teknologi tercanggih akan mampu menghilangkan 90% karbon dan partikel berbahaya dari pembakaran batu bara. Namun, teknologi ini akan meningkatkan biaya operasional pembangkit energi batu bara naik menjadi 70%, jelas Ed Rubin, seorang profesor dari Carnegie Mellon University dalam sebuah wawancaranya dengan Mongabay.

Saat ini, hanya ada dua pembangkit energi yang menggunakan teknologi carbon capture and storage (CCS) di dunia, yakni Dam Boundary di Kanada yang mulai beroperasi pada 2014 (dan ternyata diketahui bahwa karbon dan partikel berbahaya lain tidak hilang hingga 90%), dan Petra Nova di AS yang bakal beroperasi tahun ini.

Seperti diketahui, teknologi CCS prinsipnya adalah untuk menghentikan emisi pembakaraan fosil dengan cara mengendalikan agar CO2 tidak lepas ke udara.

Aktivitas pertambangan minyak bumi

Di sisi lain, banyak pembangkit lain dari berbagai penjuru dunia yang tak jadi beroperasi, ataupun beroperasi dengan skala kecil, disebabkan biaya yang membengkak dan menghadapi kesulitan-kesulitan teknis lainnya.

Teknologi yang lebih sederhana, -yang ternyata sering juga disebut teknologi 'batu bara bersih', dipakai di 500 pembangkit energi di seluruh dunia. Teknologi sederhana ini ternyata hanya mampu menghilangkan karbon dari pembakaran batubara sebayak 20%, dan rasanya inilah yang akan digunakan di Indonesia.

Pembangkit dengan teknologi ini jika jadi dipergunakan, takkan mampu membuat Indonesia mencapai tujuan pembangunan rendah karbon. Hal yang telah ramai disuarakan oleh para pengamat dan aktivis lingkungan karena keprihatinan akan dampak lingkungan dari industri tersebut yang tak pernah hilang.