LIPUTAN KHUSUS:

Sampah Mikroplastik Ancaman bagi Ekosistem dan Manusia


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Produksi plastik yang tinggi sebagian besar akan menjadi sampah. Sekitar 8 juta ton sampah plastik akan dibuang atau terdeposit di laut.

Polusi

Senin, 20 Juni 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Dosen Oseanografi dan Biologi Laut Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuah Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), Dr. Mufti Petala Patria menyebut sampah mikroplastik menjadi ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Mufti menjelaskan, produksi plastik yang tinggi sebagian besar akan menjadi sampah. Sekitar 8 juta ton sampah plastik akan dibuang atau terdeposit di laut. Sampah plastik di laut itu kemudian banyak yang terdampar di pesisir pantai dan banyak juga yang mengambang terbawa arus di permukaan laut.

"Plastik-plastik di lautan tersebut sangat mengganggu hewan-hewan laut," kata Mufti, dikutip dari Antara, Rabu (15/6/2022).

Mufti mengatakan jaring nelayan yang menjadi sampah di laut banyak menjerat hewan laut seperti penyu, hiu dan paus. Kemudian, sampah di laut juga dapat dianggap oleh hewan laut sebagai makanan, yang ketika termakan akan mempengaruhi sistem pencernaannya hingga menyebabkan kematian pada hewan tersebut.

Mikroplastik dalam berbagai ukuran. Foto: oceanbites

Disampaikannya, terdapat pula jenis sampah plastik yang membahayakan biota dan ekosistem laut, yaitu mikroplastik. Zat ini merupakan plastik dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm. Mikroplastik sendiri dikelompokkan menjadi dua tipe, yakni primary dan secondary microplastic.

Seperti halnya sampah plastik biasa, lanjut Mufti, mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan karena dianggap sebagai makanan. Salah satunya adalah kerang laut yang menyaring air laut untuk mengambil bahan makanannya. Dari hasil penelitiannya di Muara Kamal, dalam satu kerang hijau dapat mengandung 7 hingga 469 partikel mikroplastik.

Selanjutnya, mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia dari makanan laut yang dikonsumsi. Hal ini menjadi seperti siklus, manusia menghasilkan primary dan secondary microplastic, lalu mikroplastik itu terbawa arus hingga lautan dan dimakan oleh hewan laut yang dikonsumsi kembali oleh manusia.

"Hasil riset pada beberapa hewan percobaan, mikroplastik akan berpengaruh pada perubahan kromosom yang dapat menyebabkan infertilitas, obesitas dan kanker. Selain itu mikroplastik juga dapat menyebabkan respon imun yang tidak normal. Hal tersebut mungkin dapat terjadi pula pada manusia," terang Mufti.

Mufti berpendapat, perlu adanya kesadaran dan keseriusan dalam mengatasi masalah mikroplastik yang tidak hanya mengancam ekosistem laut tetapi juga kesehatan manusia. Mufti mengatakan, hal utama yang bisa dilakukan dalam mengurangi penggunaan plastik, menggunakan kembali plastik (recycle), berpartisipasi dalam kegiatan membersihkan sampah di sungai atau pantai, mengurangi penggunaan microbeads dalam produk kecantikan, ikut mengkampanyekan upaya mengurangi penggunaan plastik, dan mendukung organisasi yang berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik.