LIPUTAN KHUSUS:
Raja Hutan Sumatera dan Persoalan Populasinya
Penulis : Tim Betahita
Dalam studi terakhir, Harimau Sumatra diketahui tidak banyak di ketinggian, artinya kerapatan hidup dengan manusia merupakan persoalan utama Harimau Sumatra.
World Tiger Day
Jumat, 29 Juli 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Hariyo T Wibisono, Direktur SINTAS Indonesia mengatakan populasi harimau sumatera terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2008, berdasarkan data yang terungkap pada acara Webinar Status Konservasi Harimau Sumatra besutan Auriga Nusantara, November lalu, diketahui populasi Panthera tigris sumatrae menurun dari asalnya 439 individu menjadi 393 individu pada 2017.
“Artinya terjadi penurunan populasi lebih dari 10 persen dana kurun waktu itu dengan acuan data tutupan hutan pada kurun waktu tersebut,” ujar Hariyo T Wibisono, Direktur SINTAS Indonesia. Penghitungan ini menggunakan metode penghitungan harimau sumatera yang dikaitkan dengan tutupan hutan.
Kini Harimau Sumatra menjadi satu-satunya sub spesies harimau yang tersisa di Indonesia, setelah harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica) dinyatakan punah pada 1940-an dan 1980-an silam. Sekedar pengingat, sejak 1996 harimau sumatera sudah dikategorikan sebagai satwa sangat terancam kepunahan (critically endangered) dalam daftar merah (red list) International Union for Conservation of Natures (IUCN).
Bicara tentang jumlah populasi terkini, belum ada angka pasti yang secara resmi dikeluarkan oleh pemerintah.
Beberapa sumber menyebut, pada 1992 populasi harimau sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 400 ekor, berada di lima taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan) dan dua suaka margasatwa (Kerumutan dan Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut (PHPA 1994).
Bila merujuk pada dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 yang dipublikasikan pada 2007 oleh Departemen Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), jumlah minimal populasi harimau sumatera berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga sekitar 250 individu dewasa.
Angka tersebut berdasarkan estimasi perhitungan di 8 dari setidaknya 18 kawasan yang disinyalir memiliki harimau sumatera. Sedangkan terhadap 10 kawasan lain sisanya belum dilakukan estimasi populasi. Angka 250 itu estimasi minimal populasi harimau sumatera yang berada di in-situ atau di habitat alaminya, baik di kawasan konservasi maupun kawasan hutan lainnya.
(Baca juga: Sang Raja Hutan Sumatra Sedang Tak Baik-baik Saja)
Sementara untuk pengelolaan harimau sumatera di ex-situ, untuk tujuan pemeliharaan dan penangkaran (captive breeding) yang dilakukan oleh lembaga konservasi ex-situ, seperti kebun-kebun binatang dan taman-taman safari, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Selain berada di in-situ, harimau sumatera juga ada di tempat-tempat pemeliharaan dan penangkaran yang dikelola lembaga konservasi (ex-situ). Seperti kebun-kebun binatang dan taman-taman safari, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sampai dengan 2007 jumlah harimau sumatera yang terdapat di lembaga konservasi ex-situ di dalam negeri sebanyak 127 individu.
Sedangkan harimau sumatera yang dipinjamkan atau diberikan dengan skema tukar menukar satwa dengan beberapa lembaga konservasi ex-situ di luar negeri terdapat sebanyak 244 individu.
Data lain, bersumber dari dokumen Statistik Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2018 menyebut, populasi harimau sumatera hanya sekitar 210 individu. Jumlah tersebut berdasarkan data-data yang disampaikan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Bukit Barisan Selatan, Balai Taman Nasional (BTN) Bukit Tiga Puluh, BTN Berbak Sembilang, BTN Way Kambas, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi dan BTN Kerinci Seblat dari estimasi yang diambil pada 20 situs di seluruh Sumatera.
Ketua Forum Harimau Kita, Ahmad Faisal mengatakan, kalau berdasarkan Population Viability Analysis (PVA) terhadap harimau sumatera yang dilakukan oleh sejumlah lembaga, populasi harimau di Pulau Sumatera saat ini kurang lebih 500 individu. PVA harimau sumatera ini tidak dilakukan hanya pada kawasan konservasi saja, melainkan juga pada seluruh kawasan yang menjadi habitat harimau se-Sumatera.
"Kurang lebih 500 (individu). Ini berdasarkan PVA, Population Viability Analysis. Pakai software namanya Vortex. Untuk habitat harimaunya juga dibagi 3, kecil, sedang dan besar se-Sumatera. Nah hasil PVA ini dimasukan ke SRAK juga. Kita sebutnya lanskap harimau. Karena mereka kan bukan cuma ada di kawasan konservasi saja," kata Ahmad, Senin (10/5/2021).
Mengenai SRAK Harimau Sumatera 2019-2029, Ahmad menjelaskan, SRAK tersebut secara umum sudah disusun dan saat ini masih dalam proses finalisasi oleh KLHK. Forum Harimau Kita dan beberapa lembaga lain sebenarnya telah melakukan pemutakhiran data tentang harimau sumatera, termasuk soal jumlah populasi terkini. Data-data tersebut secara resmi akan dipublikasikan dalam SRAK Harimau Sumatera 2019-2029.
Perhitungan Lain Populasi Raja Hutan Sumatra
Hariyo T Wibisono yang akrab dipanggil Beebach bersama IUCN lantas melakukan pengujian terakhir pada 2008. Dia menjadi assessor kedua dalam pengujian itu. Pengujian berlangsung di 10 dari total 23 bentang alam uang masih ada.
“Hasilnya perkiraan populasi 441-579 individu,” ujarnya. “Harimau sekarang ini berada di bentang alam yang kini didominasi dan dikuasai manusia, itu persoalan penting untuk diperhatikan.”
Lantas Beebach juga melakukan studi soal kerapatan populasi harimau sumatera. Beebach mengatakan studi densitas ini merupakan penghitungan banyaknya harimau sumatera dalam luasan bentang alam tertentu. “Tujuannya untuk terus menguji perkiraan-perkiraan jumlah populasi yang selama ini ada,” ujarnya.
Dalam studi terakhir ini, beebach melibatkan 29 kamera trap data set dari 16 lokasi, sejak 2004 hingga 2018.
“Hasilnya menunjukkan harimau sumatera merespon negatif terhadap elevasi sehingga, harimau tidak suka di tempat tinggi, padahal landscape yang konturnya terjal itu cukup besar. Artinya lagi range antara Harimau dengan manusia di Sumatera semakin rapat,” ujarnya.
(Yayasan Auriga Nusantara)
Sederet permasalahan ini bakal dibahas tuntas betahita secara kontinu dalam rangka memperingati Global Tiger Day 2022, yang jatuh pada 29 Juli setiap tahunnya. Ikuti ulasan selanjutnya.