LIPUTAN KHUSUS:
Pesepeda Greenpeace Diadang di Probolonggo ketika Menuju G20
Penulis : Aryo Bhawono
Tim pesepeda Chasing the Shadow didatangi aparat berseragam, diintai orang tak dikenal, hingga indikasi perusakan sepanjang perjalanan Semarang-Probolinggo.
HAM
Rabu, 09 November 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Tim pesepeda Chasing the Shadow Greenpeace diadang dan diintimidasi selama perjalanan ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Selama perjalanan mereka didatangi aparat berseragam, diintai orang tak dikenal, hingga indikasi perusakan sepanjang perjalanan dari Semarang hingga Probolinggo.
Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menyebut mereka dilarang berkampanye selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali berlangsung.
"Tim pesepeda sudah mengalami intimidasi sejak berada di Semarang, baik dari orang-orang tak dikenal maupun yang berseragam polisi," kata Leo, seperti dikutip dari CNN Indonesia pada Selasa (8/11).
Sekitar tujuh orang mengaku polisi sempat mendatangi tim Greenpeace ketika sedang on air di sebuah stasiun radio di Semarang saat itu. Polisi itu menanyakan rencana aksi di Simpang Lima, Semarang, padahal Greenpeace tak berencana menggelar aksi. Greenpeace hanya menggelar acara pameran foto, diskusi, dan pertunjukan musik di Gedung Oudetrap, Kota Lama.
Leo mengungkapkan sejumlah aparat berseragam polisi dan militer juga kerap terlihat di tempat-tempat yang didatangi para pesepeda dan tim Greenpeace Indonesia, seperti di Desa Timbulsloko, Sayung, Demak, dan di Desa Tegaldowo, Gunem, Rembang.
Represi dirasa kian meningkat saat tim bergerak dari Semarang menuju Surabaya. Tim Chasing the Shadow mengalami teror berupa pengintaian dari orang tidak dikenal dan indikasi perusakan kendaraan.
"Puncaknya terjadi dalam perjalanan menuju Probolinggo. Ancaman, disampaikan secara terang-terangan, jika kami melanjutkan perjalanan baik secara lisan maupun melalui penggembosan ban kendaraan," ujarnya.
Di Probolinggo ada sekelompok orang mengklaim perwakilan masyarakat menyatakan menolak kegiatan bersepeda dan kegiatan kampanye Chasing the Shadow di Bali. Bahkan, salah satu anggotanya diminta persetujuan untuk tidak berkampanye selama KTT G20.
"Salah satu teman kami yang ikut dalam rombongan dipaksa membuat surat pernyataan dengan tanda tangan di atas materai agar tidak melanjutkan perjalanan. Atau tidak melakukan kampanye apapun selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali," imbuhnya.
Greenpeace menilai intimidasi ini merusak prinsip demokrasi dan mencederai kebebasan berpendapat yang dijamin dalam konstitusi negara ini. Menurutnya, pola represif semacam itu juga banyak terlihat dalam kasus-kasus perampasan lahan, seperti di Kendeng dan Kulonprogo.
Padahal selama kampanye, Greenpeace selalu menerapkan prinsip-prinsip antikekerasan. Pesan kampanye yang Greenpeace bawa dalam kegiatan tur sepeda adalah mengabarkan kepada publik bahwa krisis iklim sudah terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Serta mengancam sejumlah aspek dalam kehidupan kita, termasuk pangan dan sejarah kebudayaan," ujarnya.
Chasing the Shadow sendiri merupakan salah satu cara Greenpeace dalam mempromosikan solusi iklim untuk menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Sepeda merupakan simbol kendaraan yang paling minim emisinya sebagai solusi iklim.
Selain itu, kata Leo, salah satu solusi untuk mencegah dampak krisis iklim adalah dengan melakukan akselerasi transisi energi.
"Dalam dokumen NDC, jika Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), transisi energi adalah hal mutlak yang harus dilakukan secara serius, ambisius, dan adil. Hal ini merupakan seruan Tim pesepeda Chasing the Shadow Greenpeace yang disampaikan secara damai, kreatif, dan terbuka," imbuhnya.
Terpisah, dikutip dari Artik.id, Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kebomas, Gresik, Jawa Timur, Lora Hilal Fikri, menyebutkan seluruh kader di bawah komandonya melarang Greenpeace untuk masuk wilayah Bali. Alasannya, Lora Hilal, mendukung KTT G20 di Bali.