LIPUTAN KHUSUS:
Aktivis Greenpeace Beraksi di Atas Kapal Shell
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Sejumlah aktivis Greenpeace menaiki kapal dikontrak Shell di Samudra Atlantik, dan membentangkan spanduk bertuliskan pesan 'Stop Drilling, Start Paying'.
Tambang
Minggu, 05 Februari 2023
Editor : Aryo Bhawono
BETAHITA.ID - Sejumlah aktivis Greenpeace berasal dari Argentina, Turki, AS, dan Inggris melakukan aksi menaiki Kapal White Marlin yang dikontrak Shell di Samudra Atlantik, dan membentangkan spanduk bertuliskan pesan “"Stop Drilling, Start Paying".
Hanya dua hari sebelum pengumuman laba Shell, empat aktivis Greenpeace International menaiki Kapal White Marlin, di laut utara Kepulauan Canary, dalam protes damai terhadap kerusakan iklim di seluruh dunia yang disebabkan oleh Shell dan industri bahan bakar fosil yang lebih luas, tanpa membayar sepeser pun menuju kerugian dan kerusakan.
Pada Selasa (31/1/2023) sekitar pukul 08.00 (GMT), para pengunjuk rasa mendekati kapal angkut berat seberat 51.000 ton menggunakan tiga kapal yang diluncurkan dari Kapal Arctic Sunrise milik Greenpeace dan menggunakan tali untuk naik ke geladak.
Keempat aktivis itu yakni Carlos Marcelo Bariggi Amara dari Argentina, Yakup Çetinkaya dari Turki, Imogen Michel dari Inggris, dan Usnea Granger dari AS, menempati kargo kapal, anjungan minyak dan gas Shell. Dua aktivis lainnya, Yeb Saño dari Filipina, dan Waya Pesik Maweru dari Indonesia berusaha untuk bergabung naik ke ke geladak, namun tidak berhasil naik.
Anjungan tersebut merupakan bagian penting dari peralatan produksi yang akan memungkinkan Shell untuk membuka delapan sumur baru di lapangan minyak dan gas Penguins North Sea. Para pengunjuk rasa membawa perbekalan yang cukup untuk menduduki peron selama berhari-hari.
Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara, Yeb Saño yang dalam pekerjaannya sehari-hari, dan sebelumnya bertindak sebagai negosiator utama untuk Filipina pada pembicaraan iklim global, mendaftar sebagai sukarelawan dengan Greenpeace Internasional untuk aksi langsung tanpa kekerasan dan sekarang berada di Kapal Arctic Sunrise.
Yeb Saño mengatakan, Shell harus berhenti mengebor dan mulai membayar. Aksi yang Greenpeace lakukan kemarin didorong oleh Shell yang mengekstraksi bahan bakar fosil, dan hal itu menyebabkan riak kematian, kehancuran, dan pengungsian iklim di seluruh dunia, memberikan dampak terburuk pada orang-orang yang paling tidak bersalah atas krisis iklim.
“Shell dan industri bahan bakar fosil yang lebih luas membawa krisis iklim ke rumah kita, keluarga kita, bentang alam, dan lautan kita. Jadi kami akan menghadapi mereka di laut, di rapat pemegang saham, di ruang sidang, online, dan di kantor pusat mereka. Kami tidak akan berhenti sampai kami mendapatkan keadilan iklim. Kami akan membuat pencemar membayar," kata Yeb Saño, dalam pernyataan resminya.
Menurut Yeb Saño, Shell harus bertanggung jawab selama puluhan tahun mengambil keuntungan dari ketidakadilan iklim, dan membayar kerugian dan kerusakan yang mereka timbulkan.
"Kita membutuhkan transisi yang adil menuju energi yang murah, bersih, dan terbarukan dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat, pekerja, dan iklim.”
White Marlin membawa unit penyimpanan dan pembongkaran produksi terapung (FPSO) untuk proyek pembangunan kembali karena Shell berusaha memeras setiap tetes minyak terakhir dari ladang Penguins. Platform produksi ini adalah kapal berawak baru pertama untuk Shell di Laut Utara bagian utara selama 30 tahun.
Pada produksi puncak, proyek ini diharapkan menghasilkan setara dengan 45.000 barel minyak per hari, dan Shell telah meminta agar dapat membuka area lebih lanjut untuk eksplorasi.
Aksi protes yang digelar Greenpeace kemarin datang hanya beberapa pekan setelah Wael Sawan mengambil alih sebagai Chief Executive Shell yang baru. Pekan ini Shell kemungkinan akan menghadapi tekanan lebih lanjut karena mengumumkan laba setahun penuh pada Kamis, 2 Februari 2023. Perusahaan telah menghasilkan laba yang menggiurkan berkat kenaikan harga energi, didorong oleh perang Putin di Ukraina.