LIPUTAN KHUSUS:

Bisnis dan Konsumen Hambat Perjuangan Iklim


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Menurut mereka tanda-tanda positif di area lain belum cukup untuk memenuhi tujuan iklim.

Perubahan Iklim

Kamis, 09 Februari 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Korporasi dan konsumen adalah hambatan utama pengurangan emisi yang diperlukan untuk menjaga pemanasan global hingga batas 1,5 derajat Celcius, kata para peneliti Rabu (1/2/2023). Menurut mereka tanda-tanda positif di area lain belum cukup untuk memenuhi tujuan iklim.

Laporan oleh tim peneliti multidisiplin memperingatkan bahwa tetap berada dalam tujuan 1,5C tidak masuk akal, tetapi hal ini dapat berubah jika masyarakat meningkatkan upaya mereka untuk mengurangi emisi.

"Kami melihat segala macam tanda positif, misalnya protes politik , keputusan divestasi, kasus litigasi iklim, inisiatif transnasional, semuanya meningkat. Jadi Anda bisa berpikir bahwa kami benar-benar berada di jalur yang bagus," kata Anita Engels, salah satu penulis studi.

"Kita perlu melakukan lebih banyak lagi," imbuh Engels.

Ilustrasi minyak goreng. Foto: setkab.go.id

Laporan tersebut, Outlook Iklim Berjangka Hamburg, menilai masuk akal untuk mencapai pengurangan emisi yang diperlukan untuk membatasi suhu sesuai dengan Perjanjian Paris. Kesepakatan 2015 itu membuat negara-negara setuju untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah dua derajat Celcius (C) sejak masa pra-industri, sebaiknya 1,5C.

Para peneliti mengamati 10 faktor sosial yang mereka anggap sebagai pendorong paling penting dari dekarbonisasi dan menemukan bahwa saat ini belum ada satu pun yang berada pada tingkat yang akan mengarah pada pengurangan emisi dramatis yang dibutuhkan pada 2050.

Media 'ambivalen'

Dengan menggunakan basis data global dan pemodelan komputer, penulis menemukan bahwa tujuh tren sosial bergerak secara tentatif ke arah yang benar--termasuk tata kelola iklim PBB, regulasi, litigasi, dan divestasi dari bahan bakar fosil.

Satu--media--dipandang sebagai "ambivalen". Namun dua arah yang salah adalah tanggapan perusahaan dan pola konsumsi, yang menurut para peneliti "terus merusak jalur menuju dekarbonisasi". Engels menganggap keduanya saling terkait erat.

"Akan jauh lebih mudah jika cara produk diproduksi diatur sedemikian rupa sehingga (konsumen) tidak dipaksa untuk membeli produk yang merusak iklim," katanya kepada AFP.

Laporan itu mengatakan, masih terlalu dini untuk menilai dampak potensial dari peristiwa baru-baru ini seperti invasi Rusia di Ukraina. Para peneliti juga melihat enam proses fisik di sekitar planet ini, mulai dari mencairnya lapisan es hingga ketakutan bahwa hutan hujan Amazon yang digunduli akan berubah menjadi sabana.

Jochem Marotzke dari Institut Meteorologi Max Planck mengatakan bahwa ini dan proses fisik lainnya penting, tetapi "kita tidak berada di lereng yang licin".

"Itu adalah agen manusia yang terbukti paling menentukan," katanya.

AFP melalui Phys