LIPUTAN KHUSUS:

Kawasan Pegunungan Cyclops Dirambah Jadi Kebun Warga


Penulis : Aryo Bhawono

Kayu yang dibuang ke sungai, ditambah dengan longsoran tanah di pinggiran sungai Pegunungan Siklop akan membentuk bendungan alami hingga dapat memicu banjir bandang.

Deforestasi

Rabu, 01 Maret 2023

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID - Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cyclops mulai dirambah menjadi perkebunan warga. Saat ini sudah terbuka ratusan hektare perkebunan milik masyarakat di sekitar kawasan itu.

Ketua Pemuda Peduli Lingkungan Hidup (PPLH) Kabupaten Jayapura, Manase Bernard Taime, mengatakan kebun warga ini berada di enam lapisan gunung dan berada di daerah lembah. Perambah menebang pohon dan membuang kayunya ke sungai besar yang alirannya menuju ke kota. 

Ia khawatir kayu yang dibuang ke sungai, ditambah dengan longsoran tanah di pinggiran sungai akan membentuk bendungan alami. Bendungan ini akan bisa memicu banjir bandang lebih besar dari bencana yang sama pada 2019 lalu.

“Mulai dari lapisan pertama sampai lapisan ke-5 dan ke-6 dirambah dan dijadikan perkebunan berhektar-hektar. Kebun yang ditanami labu siam, gedi, pisang, petatas, bayam, buah merah, rica ini sangat mengancam kehidupan masyarakat yang ada di Kabupaten Jayapura. Sebab kebun liar yang ukurannya berhektar-hektar ini hampir semua mengarah ke kali,” ujar Taime, seperti dikutip dari Jubi.

Pegunungan Siklop dilihat dari danau Sentani. Sumber foto: Pemkab Jayapura

Menurutnya dampak pembukaan lahan ini berbahaya dan harus segera ditangani. Batang pohon harus disingkirkan dan kondisi cagar alam itu harus dikembalikan karena sudah beralih fungsi.

Kawasan Cagar Alam Cyclops ini sudah bukan sebagai tempat penelitian, pendidikan, bahkan tempat sumber air bagi masyarakat di Kota Sentani. Suara burung atau unggas yang dari kejauhan yang sebelumnya bisa kami dengar, sudah tidak ada suaranya,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Jayapura harus segera membentuk satuan tugas (satgas) pengawasan terhadap kawasan Cagar Alam Cyclops. Aturan, perda, hingga peraturan pemerintah yang ditetapkan sebagai garda dalam pengawasan cagar alam sudah tidak mempan bahkan tidak dilaksanakan dengan baik.

“Sosialisasi demi sosialisasi terus dilakukan hingga terjadi bencana banjir bandang 2019 lalu, sama sekali tidak berpengaruh bagi oknum masyarakat yang tetap merambah dan membuka kebun di kawasan pegunungan Cyclops ini,” katanya.

Taime berharap ada perhatian serius terhadap keberadaan kawasan Cagar Alam Cyclops ini sehingga terus memberikan kehidupan bagi masyarakat yang tinggal dan menetap di Kota Sentani.

“Dua maha karya Tuhan bagi masyarakat di Kabupaten Jayapura, Pegunungan Cyclops dan Danau Sentani, yang tidak ada di tempat lain, harus dijaga dan dilestarikan bagi anak cucu kita kelak,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, Abdul Rahman Basri, mengatakan pihaknya telah banyak menerima masukan dan laporan terkait perkembangan kawasan Cagar Alam Cyclops.

“Hal ini perlu dukungan semua pihak agar secara bersama kita lakukan pengawasan secara berkala,” katanya.