LIPUTAN KHUSUS:

Gajah Dwiki Mati akibat Malnutrisi


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Nyawa gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bernama Dwiki akhirnya tidak dapat dipertahankan, meski sempat mendapat perawatan tim dokter

Biodiversitas

Selasa, 21 Februari 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Nyawa gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bernama Dwiki akhirnya tidak dapat dipertahankan, meski sempat mendapat perawatan tim dokter. Gajah berkelamin jantan tersebut dinyatakan mati pada Selasa (14/2/2023) di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut). Penyebab kematiannya diduga karena malnutrisi atau ketidakseimbangan nutrisi.

Menurut riwayatnya, Gajah Dwiki ini merupakan gajah yang dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS)--yang berlokasi di Desa Batu Nanggar, Batang Onang, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumut--ke ANECC. Ia dipindahkan bersama gajah betina bernama Dini pada 18 Desember 2022 lalu.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Rudianto Saragih Napitu menyebut pemindahan Gajah Dwiki dan Gajah Dini dari BNWS ke ANECC ini dilakukan untuk memenuhi jumlah gajah yang sesuai dengan kesejahteraan satwa. Pemindahan dua gajah ini dilakukan dengan didampingi oleh tim dokter hewan dari Vesswic.

"Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin," kata Rudianto, Jumat (17/2/2023).

Tim dokter memberikan cairan infus kepada Gajah Dwiki saat masih hidup./Foto: BBKSDA Sumut

Rudianto menjelaskan, saat dipindahkan ke ANECC, kondisi gajah berusia sekitar 43 tahun itu relatif sehat, menurut hasil pemeriksaan tim dokter. Meski diakuinya, saat dipindahkan Gajah Dwiki masih menderita luka luar di bagian pipi kanannya, dan masih dalam proses penyembuhan. Luka itu diderita Gajah Dwiki sejak masih berada di BNWS.

Beberapa pekan kemudian, tepatnya pada 7-8 Januari 2023, tim medis Vesswic, yaitu drh. Daniel Sianipar dan drh. Munhar melakukan kunjungan ke ANECC, untuk melakukan monitoring kesehatan Gajah Dwiki dan Dini. Hasil pemeriksaan, tim dokter ini menemukan luka luar di pipi kanan Gajah Dwiki sudah mulai membaik, dan dia sudah mulai makan dan minum, walaupun sedikit.

Namun, pada pekan kedua Februari 2023, Gajah Dwiki mulai mengalami perubahan perilaku. Ia tidak mau makan. Kemudian, pada 11 Februari 2023, tim dokter Vesswic kembali ke ANECC. Dibantu oleh dokter hewan ahli gajah, drh. Bongot Huaso Muka dan drh. M. Nanang Tejolaksono dari Taman Safari Indonesia, yang dikirim Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, dilakukan perawatan intensif terhadap Gajah Dwiki.

"Tindakan yang dilakukan dengan memberi 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Namun kondisi Gajah Dwiki semakin melemah. Dan pada akhirnya pada Selasa, 14 Februari 2023, pukul 06.20 WIB tidak tertolong lagi dan dinyatakan mati," terang Rudianto.

Setelah dinyatakan mati, nekropsi atau bedah bangkai terhadap jasad Gajah Dwiki dilakukan. Hasilnya, menurut penjelasan dokter, Gajah Dwiki mengalami infeksi pada gigi kanan bawah. Hal ini mengakibatkan gigi graham atas yang sehat, tumbuh secara tidak normal. Sehingga penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan.

Kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah kesulitan mengunyah makanan, membuat asupan makanan menjadi berkurang. Hal ini kemudian berdampak pada lambung, volumenya tidak dapat optimal.

Kondisi ini diperparah dengan intosusepsi lambung, sehingga bedampak pada malnutrisi dan malabsorsi. Yang mana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan, akibatnya terjadi penurunan kesehatan dan berat badan.

Pada saat nekropsi, dilakukan pengambilan sample bagian tubuh Gajah Dwiki, yaitu hati, paru, ginjal, jantung, limpa dan vesica urinaria untuk pemeriksaan histopatologi di Balai Veteriner Medan, untuk mendapatkan informasi yang lebih valid terkait kematian Gajah Dwiki.

"Selesai nekropsi bangkai gajah Dwiki pada tanggal 14 Februari 2023 dikuburkan di lokasi ANECC, sedangkan gading gajah dipotong untuk disimpan di Balai Besar KSDA Sumatera Utara."

Sebelumnya, 3 gajah lain penghuni BNWS dilaporkan mati. Yang pertama pada September 2022 lalu, gajah sumatera bernama Dargo berusia 57 tahun dilaporkan mati di BNWS. Konon kematian Gajah Dargo ini akibat keracunan pestisida.

Sebulan kemudian, anak gajah bernama Fitri berusia 4 tahun mati, diduga juga akibat keracunan pestisida. Gajah Fitri ini merupakan anak dari Gajah Dwiki. Tak berhenti di situ, Desember tahun lalu, gajah lainnya bernama Keri juga mati karena infeksi bakteri. Rudianto menyebut kasus kematian tiga gajah di BNWS ini masih diselidiki oleh Balai Penegakan Hukum (Gakkum) KLHK Wilayah Sumatera.