LIPUTAN KHUSUS:

Orang Utan Sumatera Jadi Perhatian Dunia


Penulis : Gilang Helindro

Pendiri Yayasan Orang Utan Sumatera, menyebutkan orang utan di Indonesia sudah menjadi perhatian dunia dan ASEAN, karena spesies kera besar ini sebagai aset genetik yang penting bagi kelangsungan ekosistem hutan tropis.

Satwa

Kamis, 11 Mei 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Lestari Panut Hadisiswoyo, Pendiri Yayasan Orang Utan Sumatera, menyebutkan orang utan di Indonesia sudah menjadi perhatian dunia dan ASEAN, karena spesies kera besar ini sebagai aset genetik yang penting bagi kelangsungan ekosistem hutan tropis.

"Sudah sejak lama sebenarnya orang utan menjadi perhatian dunia, karena keberadaannya yang memang penting bagi ekosistem hutan tropis. Masih sangat menjadi perhatian," katanya seperti dikutip antaranews, Senin 8 Mei 2023.

Orang utan Sumatera dan Orang utan Tapanuli menjadi perhatian dunia karena satwa yang dilindungi tersebut memiliki karisma tersendiri sebagai species yang banyak memiliki keunikan. Orang utan menjadi perhatian banyak ilmuan, namun populasinya terancam karena habitatnya yang semakin berkurang.

Dua ekor orang utan (Pongo abelii) disita dari pelaku perdagangan satwa liar di Sumatera Utara. Foto: Istimewa

Menurutnya, Orang utan harus menjadi sentral perhatian, khususnya di kawasan ASEAN. Artinya, hal ini harus bisa menjadi salah satu entri poin bagaimana mendapatkan dukungan dari dunia untuk perlindungan konservasi orang utan, terutama di kawasan ASEAN.

"Orang utan di Kalimantan saat ini sekitar 50 ribu, di Malaysia sekitar 5 ribu, di Kawasan Ekosistem Leuser sekitar 13,700, dan di Tapanuli sekitar 800 individu. Keberadaan mereka terus mengalami ancaman karena habitatnya terus berkurang, dampak aktivitas manusia yang membuka hutan untuk perkebunan dan pertambangan," katanya.

Komitmen pemerintah dan semua pihak sangat dibutuhkan agar keberadaan orang utan itu tetap lestari, diantaranya komitmen dalam pengelolaan kawasan hutan yang tersisa agar tetap memiliki fungsi bagi daya dukung populasi.

"Kita semua harus memahami bahwa ekosistem hutan tropis tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Skenario mengubah fungsi hutan akan sangat berdampak besar pada kelangsungan populasi orang utan yang tersisa. Program edukasi kepada masyarakat juga sangat penting bahwa kehidupan kita sangat terkait erat dengan ekosistem. Menyelamatkan orang utan, artinya kita menyelamatkan ekosistem," katanya.

Peneliti Auriga Nusantara, Riszki Is Hardianto, menyebutkan selama ini risiko perburuan berbanding lurus dengan pembukaan lahan. Terbukanya akses ke habitat meningkatkan risiko terhadap perburuan satwa.

Berbagai hal menjadi penyebab terancamnya populasi orang utan, diantaranya habitatnya yang juga terus berkurang, perburuan, dan juga konflik dengan manusia dampak dari alih fungsi hutan menjadi perkebunan.