LIPUTAN KHUSUS:
Walhi Aceh: Konflik Satwa Liar Jadi Perhatian Bersama
Penulis : Gilang Helindro
Walhi Aceh mengkritisi kinerja lembaga konservasi perlindungan Satwa yang lebih banyak melaporkan saat kejadian, seperti pemadam kebakaran. Seharusnya harus ada upaya yang serius untuk melakukan pencegahan sejak awal, bukan sekedar menghitung jumlah kejadian dan angka kematian.
Satwa
Senin, 15 Mei 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Wahana Lingkungan Hidup Aceh menanggapi kasus masuknya gajah liar ke daerah pemukiman dan kematian harimau sumatera, serta memangsa ternak warga.
Afifuddin Acal, Kadiv Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh mengatakan penanganan konflik satwa harus terpadu melibatkan semua pihak terkait termasuk masyarakat setempat. "Penyebab terjadinya konflik juga harus diselesaikan seperti perambahan yg merusak habitat satwa," katanya saat dihubungi, Minggu 14 Mei 2023.
Sejumlah warga masyarakat Dusun Bahagian Desa Kuala Kecamatan Indra Jaya Kabupaten Aceh Jaya merasa takut pulang ke rumah mereka karena khawatir diamuk gajah liar yang sudah sering masuk ke pemukiman setempat.
Marhaban mengatakan, dirinya bersama warga lainnya sudah mulai takut pulang ke rumah karena setiap malam gajah tersebut berada di belakang rumah mereka. "Saat ini gajah semakin meresahkan kami, sekarang tidak hanya malam bahkan pagi hari gajah sering masuk pemukiman," kata Hamzah salah seorang warga Desa Kuala.
"Sudah beberapa hari ini kejadiannya, tapi sampai hari ini belum ada penanganan serius dari pihak BKSDA," katanya.
Menurut Afif, untuk mengurangi konflik satwa maka peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kawasan dan satwa liar harus ditingkatkan.
"BKSDA harus lebih responsif dalam menyikapi persoalan ini sehingga masyarakat tidak mengambil tindakan sendiri yang dikarenakan lambannya respon pihak terkait menangani kasus ini," katanya.
Walhi mengkritisi kinerja lembaga konservasi perlindungan satwa yang lebih banyak melaporkan saat kejadian, seperti pemadam kebakaran. Seharusnya harus ada upaya yang serius untuk melakukan pencegahan sejak awal, bukan sekedar menghitung jumlah kejadian dan angka kematian.
Penting bagaimana konflik satwa harus diselesaikan secara terpadu dan perlu ada pertanggungjawaban atas kinerjanya selama ini. "Kalau penanganan seperti pemadam kebakaran, persoalan konflik satwa ini tidak akan pernah selesai," tambah Afif.
Menurut Data, sejak Januari-Februari 2023, ada 13 petani dan warga diserang harimau dan gajah liar. Dua warga tewas dan lainnya luka-luka. Selain kehilangan nyawa, sudah tidak terhitung kerugian materi yang dialami warga.
Berdasarkan catatan, sejak 2011 hingga 2023 sebanyak delapan petani tewas diamuk gajah liar. Para korban meninggal saat berada di kebun atau saat menghalau gajah. Kasus tersebar di Pidie, Bener Meriah, dan Aceh Tengah.
Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, sejak 2016-2021 terjadi 542 kali konflik gajah. Konflik tersebar di 16 kabupaten/kota di Aceh. Lima daerah dengan konflik tertinggi adalah Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Aceh Jaya, dan Aceh Utara.
Konflik juga menjadi pemicu terbesar kematian gajah. Sejak 2015-2021, jumlah gajah yang mati 63 ekor. BKSDA Aceh mengelompokkan penyebab kematian, 27 ekor karena konflik, 16 ekor kematian alami/sakit, dan 10 ekor karena perburuan. Adapun jumlah populasi gajah di Aceh saat ini tinggal 539 ekor.