LIPUTAN KHUSUS:

Krisis Iklim: Lebih dari Separuh Danau di Dunia Kekeringan 


Penulis : Kennial Laia

Sejumlah sumber air tawar terpenting di dunia kehilangan sekitar 22 gigaton air per tahun selama hampir tiga dekade.

Perubahan Iklim

Senin, 22 Mei 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Lebih dari separuh danau dan waduk besar di dunia telah menyusut sejak awal 1990-an, terutama karena perubahan iklim. Tren ini meningkatkan kekhawatiran terkait kebutuhan air untuk pertanian, tenaga air, dan konsumsi manusia. 

Penelitian yang terbit Kamis, 18 Mei 2023 tersebut melaporkan bahwa beberapa sumber air tawar terpenting di dunia – dari Laut Kaspia antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan – kehilangan air dengan laju kumulatif sekitar 22 gigaton per tahun selama hampir tiga dekade. Angka ini sekitar 17 kali volume Danau Mead, waduk terbesar di Amerika Serikat. 

Fangfang Yao, ahli hidrologi permukaan di University of Virginia yang memimpin penelitian di jurnal Science, mengatakan 56% penurunan danau alami. Hal tersebut didorong oleh pemanasan iklim dan konsumsi manusia, yang didominasi oleh pemanasan iklim.  

Ilmuwan iklim umumnya berpikir bahwa daerah gersang di dunia akan menjadi lebih kering akibat perubahan iklim. Sementara itu daerah basah akan menjadi lebih basah. Namun studi tersebut menemukan kehilangan air yang signifikan bahkan di daerah lembab. "Ini tidak boleh diabaikan," kata Yao.

Waduk Mead, salah satu waduk terbesar di Amerika Utara, mencapai penurunan terendah pada 2021 akibat kekeringan berkepanjangan selama 22 tahun. Foto: Nevada Gov

Dalam studi tersebut, para ilmuwan menilai hampir 2.000 danau besar. Mereka menggunakan pengukuran satelit yang dikombinasikan dengan model iklim dan hidrologi. 

Mereka menemukan bahwa penggunaan tidak berkelanjutan oleh manusia, perubahan curah hujan dan limpasan, sedimentasi, dan kenaikan suhu telah menurunkan permukaan danau secara global. Sebanyak 53% danau menunjukkan penurunan dari tahun 1992 hingga 2020.

Hampir 2 miliar orang, yang tinggal di cekungan danau yang mengering, terkena dampak langsung akibat hal ini. Banyak daerah menghadapi kekurangan dalam beberapa tahun terakhir.

Ilmuwan dan juru kampanye telah lama mengatakan perlu untuk mencegah pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celcius untuk menghindari konsekuensi perubahan iklim yang paling dahsyat. Dunia saat ini memanas dengan laju sekitar 1,1C.

Studi tersebut menemukan penggunaan manusia yang tidak berkelanjutan mengeringkan danau, seperti Laut Aral di Asia Tengah dan Laut Mati di Timur Tengah. Sementara danau di Afganistan, Mesir, dan Mongolia dilanda kenaikan suhu, yang dapat meningkatkan kehilangan air ke atmosfer.