LIPUTAN KHUSUS:

Studi: Negara Kaya Merusak Bantuan Iklim Bagi Negara Miskin


Penulis : Kennial Laia

Pada 2020, hanya $83 miliar dari janji $100 miliar dialokasikan untuk pendanaan iklim bagi negara-negara miskin.

Iklim

Rabu, 07 Juni 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Laporan terbaru dari Oxfam mengungkap, negara-negara kaya telah merusak upaya untuk melindungi negara-negara miskin dan rentan terhadap dampak krisis iklim. Alih-alih hibah, mereka memberikan pinjaman, atau menyedot uang dari proyek bantuan lainnya. 

Menurut badan amal tersebut, negara-negara kaya hanya mengalokasikan $11,5 miliar pendanaan iklim untuk membantu negara-negara miskin beradaptasi dengan cuaca ekstrem pada 2020. Jumlah yang sedikit ini kontras dengan meningkatnya insiden bencana terkait iklim. 

Nafkote Dabi, pemimpin kebijakan perubahan iklim internasional Oxfam, mengatakan angka ini tidak memadai mengingat skala masalah begitu besar. 

“Jangan tertipu dengan berpikir bahwa $11,5 miliar itu cukup untuk membantu negara berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi banjir, angin topan, badai api, kekeringan, dan bahaya mengerikan lainnya yang semakin besar akibat perubahan iklim,” kata Dabi dalam pernyataan resmi, Senin, 5 Juni 2023.

Dua dewasa dan satu anak-anak berjalan di tengah air pasca banjir besar melanda Pakistan Juni lalu. Bencana tersebut dipicu curah hujan ekstrem dan mencairnya gletser usai gelombang panas parah, yang semuanya terhubung dengan perubahan iklim. Dok EPA

“Orang-orang di Amerika Serikat menghabiskan empat kali jumlah tersebut setiap tahun untuk memberi makan kucing dan anjing mereka,” tambah Dabi. 

Di bawah janji yang dibuat oleh negara maju pada 2009, negara berkembang seharusnya menerima $100 miliar per tahun dalam pembiayaan iklim mulai tahun 2020. Ini terdiri dari dana untuk membantu negara beradaptasi terhadap dampak iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka. Namun janji itu sejauh ini belum terpenuhi, dan hanya $83 miliar yang disediakan pada 2020. 

Oxfam melaporkan, dana yang selama ini diklaim sebagai pendanaan iklim tidak berasal dari dana yang sungguh-sungguh dialokasikan untuk tujuan iklim. Itu karena sebagian uang diambil dari anggaran bantuan luar negeri yang ada. Sebagian juga berasal dari dana yang justru dialokasikan untuk proyek pembangunan seperti kesehatan dan pendidikan, dengan manfaat tidak langsung untuk iklim.

Oxfam berpendapat bahwa pembiayaan harus diberikan dalam bentuk hibah ketimbang pinjaman, meskipun beberapa negara donor mempertahankan penggunaan pinjaman.

Jika semua jumlah ini dihapuskan, maka hanya $21 miliar hingga $24,5 miliar dari $83 miliar yang tersisa sebagai pendanaan iklim murni tanpa pamrih, menurut Oxfam dalam Climate Finance Shadow Report 2023, yang diterbitkan Senin. 

Pendanaan iklim akan kembali dibahas pada negosiasi PBB yang akan diadakan di Bonn pekan ini. Ini diselenggarakan menjelang KTT iklim Cop28 yang dimulai pada 30 November, di Uni Emirat Arab. 

Guardian melaporkan, pertemuan tersebut akan membahas cara menyiapkan dana untuk membantu negara-negara miskin yang mengalami kerugian dan kerusakan akibat krisis iklim. 

Mereka juga akan menjabarkan beberapa dasar untuk menilai seberapa dekat negara-negara memenuhi janji mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di bawah perjanjian iklim Paris 2015, sebuah proses yang dikenal sebagai "inventarisasi global".