LIPUTAN KHUSUS:

Jumlah Gas Rumah Kaca di Atmosfer Tembus Rekor pada 2022


Penulis : Kennial Laia

Kita masih menuju ke arah yang salah, kata Sekjen WMO.

Perubahan Iklim

Minggu, 19 November 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Kelimpahan gas pemanas iklim di atmosfer mencapai rekor tertinggi pada 2022. Menurut laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB, tren peningkatan ini belum akan berakhir, yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran sumber energi fosil. 

Konsentrasi karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca utama, kini 50% lebih tinggi dibandingkan sebelum dimulainya Revolusi Industri, menurut laporan tersebut. Bumi pernah mengalami tingkat CO2 yang sama selama 3-5 juta tahun, ketika suhu global 2-3 derajat Celcius lebih hangat dan permukaan laut 10-20 meter lebih tinggi dibandingkan saat ini, kata WMO.

“Meskipun sudah ada peringatan selama puluhan tahun dari komunitas ilmiah, ribuan halaman laporan, dan puluhan konferensi iklim, kita masih menuju ke arah yang salah,” kata Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas. 

“Tingkat konsentrasi gas rumah kaca saat ini menempatkan kita pada jalur peningkatan suhu jauh di atas target perjanjian Paris pada 2100,” kata Taalas.

Visualisasi tiga dimensi NASA menunjukkan metana, penyumbang pemanasan rumah kaca terbesar kedua di dunia, saat bergerak melalui atmosfer. Dok. NASA/Scientific Visualization Studio

Konsentrasi dua gas rumah kaca utama lainnya, metana dan dinitrogen oksida, juga meningkat, menurut laporan tersebut, yang diterbitkan menjelang KTT iklim PBB (COP28), yang dimulai pada tanggal 30 November di Dubai. 

Tingkat gas rumah kaca akan terus meningkat kecuali emisi berhasil diturunkan hingga mencapai angka nol. Artinya pemanasan global dan dampak cuaca ekstrem juga akan terus meningkat. 

Meskipun urgensinya tinggi, PBB mencatat banyak negara gagal melaksanakan hampir semua kebijakan yang diperlukan untuk mengurangi emisi. Memang ada beberapa progres, di antaranya, bidang energi terbarukan dan mobil listrik. Namun, tetap saja penggunaan batu bara harus dihapuskan tujuh kali lebih cepat daripada yang terjadi saat ini untuk menghindari dampak terburuk dari pemanasan global.

“Hal ini akan disertai dengan cuaca yang lebih ekstrem [dan] dampak sosial ekonomi dan lingkungan akan meningkat. Kita harus mengurangi konsumsi bahan bakar fosil sebagai hal yang mendesak,” ujar Taalas. 

Pada tahun lalu, para ilmuwan menggambarkan kenaikan suhu sebagai kejadian yang luar biasa dan memecahkan rekor. Peristiwa cuaca ekstrem juga semakin intensif, merenggut nyawa dan mata pencaharian di seluruh dunia. 

Laporan WMO menemukan bahwa efek pemanasan gas rumah kaca di atmosfer meningkat sebesar 50% antara 1990 dan 2022, di mana CO2 menyumbang sekitar 80% dari peningkatan tersebut.

Metana merupakan gas rumah kaca yang kuat, dan sumbernya berasal dari industri bahan bakar fosil, peternakan, dan tempat pembuangan sampah. Tingkat metana kembali meningkat pada 2022 dan para ilmuwan khawatir bahwa percepatan emisi metana baru-baru ini mungkin disebabkan oleh efek pemanasan global di lahan basah, sehingga berpotensi menimbulkan efek umpan balik.

Peningkatan kadar dinitrogen oksida pada tahun 2022 merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat. Gas rumah kaca ini dihasilkan oleh penggunaan pupuk yang berlebihan, pembakaran limbah tanaman, dan industri.