LIPUTAN KHUSUS:
COP 28: Investasi pada Energi Fosil Masih Terlalu Banyak
Penulis : Kennial Laia
Kemarahan masyarakat terhadap industri energi fosil kemungkinan akan meningkat seiring dengan kian dipahaminya hubungan antara peristiwa cuaca ekstrem dan emisi karbon.
Perubahan Iklim
Senin, 27 November 2023
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Perusahaan bahan bakar fosil belum terlibat secara optimal dalam membatasi kenaikan suhu global untuk mencegah bencana iklim. Sebaliknya, menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), mereka masih berinvestasi dua kali lipat lebih banyak pada minyak dan gas ketimbang energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Badan pengawas energi dunia tersebut mengatakan sektor ini hanya menyumbang 1% dari investasi energi ramah lingkungan secara global.
Laporan khusus tersebut diterbitkan seminggu sebelum perundingan iklim COP 28 di Dubai, yang akan dimulai pada 30 November 2023. Badan tersebut meminta industri minyak dan gas untuk menunjukkan komitmen dalam mengatasi emisi dengan menyeimbangkan investasinya pada energi ramah lingkungan dan bahan bakar fosil.
Direktur eksekutif IEA, Fatih Birol, mengatakan industri ini menghadapi “momen yang tepat” di mana industri harus “membuat keputusan besar” mengenai perannya. “Saat ini dunia sedang menderita akibat dampak krisis iklim yang memburuk. Namun industri energi fosil melanjutkan aktivitas seperti biasa dan tidak bertanggung jawab secara sosial maupun lingkungan,” kata Birol dalam rilis resmi, Kamis, 23 November 2023.
Jika pemerintah memenuhi janji energi dan iklim nasionalnya maka permintaan bahan bakar fosil akan turun 45% di bawah tingkat saat ini pada 2050, kata IEA. Jika kebijakan iklim dipercepat untuk mencapai tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius dibandingkan tingkat pra-industri, maka penggunaan bahan bakar fosil akan menurun lebih dari 75% pada 2050.
Birol mengatakan meningkatnya kemarahan masyarakat terhadap industri bahan bakar fosil kemungkinan akan meningkat seiring dengan semakin dipahaminya hubungan antara peristiwa cuaca ekstrem dan emisi karbon.
“Ini adalah perkembangan yang sangat penting. Semakin sering kita melihat peristiwa cuaca ekstrem ini, semakin sulit bagi industri untuk membenarkan kegagalan dalam mengambil tindakan. Banyak yang mengaku ingin menjadi bagian dari perjuangan melawan perubahan iklim, tapi inilah saatnya mereka menunjukkan komitmennya,” ujarnya.
Birol mengatakan, perusahaan minyak dan gas menghabiskan sekitar 2,5% modalnya untuk teknologi energi ramah lingkungan seperti energi terbarukan dan pengisian kendaraan listrik, dibandingkan dengan 97,5% pada bidang bisnis tradisional.
Birol mengatakan pembagiannya setidaknya harus 50% pada energi bersih, dan perusahaan juga harus mengambil tindakan untuk mengurangi emisi dari produksi bahan bakar fosil mereka.
Perusahaan minyak dan gas telah melaporkan pendapatan tahunan hampir $3,5 triliun dalam lima tahun terakhir, menurut IEA. Badan tersebut mengatakan sekitar setengahnya dibayarkan kepada pemerintah, dan 40% dikembalikan ke investasi, menyisakan sekitar 10% untuk dikembalikan kepada pemegang saham atau digunakan untuk membayar utang.