LIPUTAN KHUSUS:
Gunung Es Terbesar di Dunia Hanyut dari Perairan Kutub Selatan
Penulis : Kennial Laia
Gunung es A23a hanyut dari Antarktika di Kutub Selatan setelah tiga dekade menempel di dasar laut.
Lingkungan
Sabtu, 02 Desember 2023
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Salah satu gunung es terbesar di dunia mengapung keluar dari perairan Antarktika di Kutub Selatan. Menurut Survei Antarktika Inggris atau British Antarctic Survey (BAS), hal ini terjadi setelah gunung es tersebut bertahan selama tiga dekade.
Gunung es, yang dikenal sebagai A23a, terpisah dari Lapisan Es Filchner di Antarktika pada 1986. Namun gunung es tersebut ‘terjebak’ di dasar laut dan bertahan selama bertahun-tahun di Laut Weddell.
Gunung es ini berukuran sekitar tiga kali ukuran kota New York dan lebih dari dua kali ukuran London Raya.
Namun, citra satelit baru-baru mengungkapkan bahwa gunung es, yang beratnya hampir satu triliun metrik ton, kini bergerak dengan cepat melewati ujung utara Semenanjung Antarktika, dibantu oleh angin dan arus kencang.
Gunung es ini berukuran sekitar tiga kali ukuran kota New York dan lebih dari dua kali ukuran London Raya, dan berukuran sekitar 4.000 km persegi.
Ahli glasiologi Survei Antarktika Inggris, Oliver Marsh, mengatakan jarang sekali gunung es sebesar ini bergerak. Menurutnya para ilmuwan akan mengamati lintasannya dengan cermat.
Saat memperoleh uap, gunung es kolosal tersebut kemungkinan akan meluncur ke Arus Lingkar Kutub Antarktika. Ini akan mengarahkannya menuju Samudera Selatan melalui jalur yang dikenal sebagai “lorong gunung es” di mana spesies serupa dapat ditemukan terombang-ambing di perairan gelap. Tidak jelas mengapa hal tersebut baru terjadi sekarang.
“Seiring waktu, ia mungkin akan sedikit menipis dan mendapat sedikit daya apung ekstra yang memungkinkannya terangkat dari dasar laut dan terdorong oleh arus laut,” kata Marsh, dikutip Guardian, Senin, 27 November 2023.
Ia mengatakan, A23a juga merupakan salah satu gunung es tertua di dunia.
Andrew Fleming, pakar penginderaan jauh dari Survei Antarktika Inggris, mengatakan bahwa gunung es tersebut telah melayang selama setahun terakhir dan tampaknya pergerakannya kini semakin cepat.
“Saya bertanya kepada beberapa rekan tentang hal ini, bertanya-tanya apakah ada kemungkinan perubahan suhu perairan yang mungkin memicu hal ini, namun konsensusnya adalah waktunya telah tiba,” kata Fleming.
Ada kemungkinan A23a akan terdampar di pulau Georgia Selatan, menimbulkan masalah bagi satwa liar Antarktika.
Fleming mengatakan dia pertama kali melihat pergerakan dari gunung es tersebut pada 2020. Survei Antarktika Inggris mengatakan gunung es tersebut kini telah lepas dari daratan dan bergerak mengikuti arus laut menuju sub-Antarktika Georgia Selatan.
Ada kemungkinan A23a akan terdampar di pulau Georgia Selatan. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi satwa liar Antarktika. Jutaan anjing laut, penguin, dan burung laut berkembang biak di pulau ini dan mencari makan di perairan sekitarnya. A23a yang berukuran raksasa dapat memutus akses tersebut.
Pada 2020, gunung es raksasa lainnya, A68, menimbulkan kekhawatiran bahwa gunung tersebut akan bertabrakan dengan Georgia Selatan, sehingga dapat menghancurkan kehidupan laut di dasar laut dan memutus akses makanan. Bencana seperti itu pada akhirnya dapat dihindari ketika gunung es pecah menjadi bongkahan-bongkahan yang lebih kecil. Hal ini juga dapat terjadi pada A23a.
“Namun gunung es sebesar ini berpotensi bertahan cukup lama di Samudra Selatan, meskipun suhunya jauh lebih hangat, dan bisa bergerak lebih jauh ke utara menuju Afrika Selatan sehingga dapat mengganggu pelayaran,” kata Marsh.