LIPUTAN KHUSUS:

Lusinan Gajah Mati Kehausan akibat Perubahan Iklim di Zimbabwe


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Seekor gajah dewasa membutuhkan 200 liter (53 galon) air setiap hari.

Biodiversitas

Senin, 11 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Lusinan gajah dilaporkan mati karena kehausan di Taman Nasional Hwange, di Zimbabwe. Para pegiat konservasi khawatir akan kehilangan lebih banyak gajah akibat kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan pola cuaca global El Nino yang mengeringkan sumber air.

Seperti dilansir dari Reuters, para ilmuwan mengatakan El Nino musiman, yang menyebabkan cuaca lebih panas dan kering sepanjang tahun, telah diperburuk oleh kerusakan iklim yang menimbulkan kekhawatiran dalam diskusi COP28 mengenai aksi iklim yang sedang berlangsung di Dubai.

Taman Nasional Hwange tidak memiliki sungai besar yang melewatinya dan satwa di sana bergantung pada lubang bor bertenaga surya, kata pejabat Otoritas Taman dan Margasatwa Zimbabwe (Zimparks).

“Kami mengandalkan air buatan karena air permukaan kita telah berkurang. Karena gajah bergantung pada air, kami mencatat lebih banyak kematian,” kata ahli ekologi Zimparks di Taman Nasional Hwange, Daphine Madhlamoto, kepada Reuters.

Bangkai gajah mati tergeletak di dekat sumber air di Taman Nasional Hwange, Zimbabwe, 7 Desember 2023. Foto: Reuters/Nyasha Chigono

Populasi gajah di Hwange berjumlah 45.000 ekor, dan seekor gajah dewasa membutuhkan 200 liter (53 galon) air setiap hari. Dengan berkurangnya sumber air, pompa bertenaga surya di 104 lubang bor atau sumur belum mampu menyedot air dalam jumlah yang cukup.

Reuters melihat puluhan bangkai gajah di dekat sumber air, dan pejabat taman mengatakan gajah-gajah lain mati di semak-semak dan menyediakan makanan bagi singa dan burung nasar.

“Taman ini telah menyaksikan dampak perubahan iklim. Curah hujan yang kita terima lebih sedikit,” kata Madhlamoto.

Musim hujan di Zimbabwe berlangsung dari November hingga Maret, namun jarang turun hujan sepanjang tahun ini. Kekeringan diperkirakan akan berlanjut hingga 2024, menurut Badan Meteorologi Zimbabwe.

Zimparks mengatakan hewan-hewan terpaksa berjalan jauh untuk mencari air dan makanan, dan beberapa kawanan gajah telah menyeberang ke negara tetangga Botswana. Kelompok konservasi berupaya menyediakan air tambahan dengan membersihkan lubang-lubang air dan memompa lebih banyak air melalui sumur tenaga surya untuk membantu mengatasi krisis ini.

Zimbabwe memiliki populasi gajah hampir 100.000 ekor, namun kapasitasnya hanya separuhnya, yang berarti taman nasional kewalahan, kata Zimparks.