LIPUTAN KHUSUS:

Kucing Makan 2.000 Spesies - Apa Saja?


Penulis : Kennial Laia

Memakan ratusan spesies yang menjadi perhatian dalam konservasi, kucing adalah “salah satu spesies invasif yang paling bermasalah di dunia”.

Satwa

Minggu, 17 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Kucing disebut sebagai sahabat manusia karena perilakunya yang lucu dan aneh. Namun mereka juga merupakan pembunuh yang sangat efektif. Menurut sebuah penelitian terbaru, hewan ini memakan lebih dari 2.000 spesies, termasuk ratusan spesies yang menjadi perhatian konservasi.

Sejak domestikasi 9.000 tahun lalu, kucing rumahan telah menyebar ke seluruh benua kecuali Antartika. Dalam makalah yang diterbitkan di Nature Communications, para peneliti menggambarkan mereka sebagai “salah satu spesies invasif yang paling bermasalah di dunia”.

“Studi kami menyoroti kebiasaan predator dari salah satu predator invasif yang paling sukses dan tersebar luas di dunia,” tulis para peneliti, yang dipimpin oleh Christopher Lepczyk dari Auburn University di AS, dalam makalah tersebut.

Burung, mamalia, serangga, dan reptil semuanya ada dalam menu kucing, menurut penelitian tersebut. Sebanyak 17% di antaranya merupakan makanan yang menjadi perhatian konservasi. Studi ini juga penelitian pertama yang mengukur pola makan mereka dalam skala global.

Seekor kucing berwarna oranye membawa burung hasil buruannya. Menurut penelitian terbaru, kucing memakan 981 spesies burung, 463 reptilia, dan 431 mamalia secara global. Dok. Klimek Pavol/Shutterstock

Secara total, kucing memakan 981 spesies burung, 463 reptil, dan 431 mamalia – yang mencakup sekitar 90% spesies yang dikonsumsi. Mereka juga memakan 119 spesies serangga dan 57 amfibi.

Para peneliti studi tersebut mengatakan, kucing sangat merusak di pulau-pulau, karena mereka memakan spesies yang menjadi perhatian konservasi tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan yang mereka makan di benua. Misalnya, mereka diketahui memakan spesies yang kini punah di alam liar, termasuk Stephens Island Rockwren di Selandia Baru dan burung puyuh Selandia Baru.

Dampak kucing terhadap satwa liar telah memicu perdebatan sengit di Selandia Baru, di mana salah satu politisi berkampanye untuk memberantas mereka sepenuhnya, dan kontroversi pun muncul terkait kompetisi yang mendorong anak-anak untuk menembak kucing liar.

Di Australia saja, kucing diperkirakan membunuh lebih dari 300 juta hewan setiap tahunnya, sehingga kelompok konservasi menyerukan agar kucing dipelihara di dalam rumah. Beberapa tempat telah menerapkan penguncian kucing. Di kota Walldorf, Jerman barat daya, masyarakat telah diperintahkan untuk mengurung kucing mereka di dalam rumah selama tiga bulan pada musim semi untuk melindungi populasi burung jambul yang terancam punah, yang berkembang biak pada saat itu.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat “titik buta” dalam upaya mengatasi “dampak negatif skala besar” yang ditimbulkan kucing domestik terhadap satwa liar asli.

Studi ini menemukan sekitar 9% burung yang diketahui, 6% mamalia yang diketahui, dan 4% spesies reptil yang diketahui dimakan oleh kucing. “Kucing sebagian besar memakan apa yang ada,” tulis para peneliti. “Jika suatu spesies hilang dalam analisis pola makan, kemungkinan besar mangsanya tidak ada atau langka di lingkungan sekitarnya”.

Para ilmuwan mencapai angka ini dengan menelusuri ratusan penelitian yang ada. Mereka percaya perkiraan akhir mereka konservatif, dan akan bertambah seiring dengan dilakukannya lebih banyak penelitian. Penelitian mereka mengamati kucing domestik yang hidup liar. Beberapa hewan berukuran besar yang mungkin diburu kucing turut dimasukkan dalam penghitungan total, namun belum tentu ditangkap sebagai mangsa.

Seorang juru bicara dari Royal Society for the Protection of Birds (RSPB) mengatakan, Memasang lonceng pada kalung yang bisa dilepas dengan cepat dan membiarkan kucing di dalam rumah semalaman adalah cara sederhana untuk mengurangi jumlah burung liar dan satwa liar lainnya yang mereka tangkap. Perangkat ultrasonik juga bisa menjadi cara yang tidak berbahaya namun efektif untuk mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan kucing di taman.

“Di luar taman, pemangsaan kucing dapat menyebabkan masalah khusus bagi populasi burung yang rentan dan terbatas, khususnya burung yang bersarang di tempat yang rendah atau di atas tanah,” kata juru bicara tersebut.

“Hal ini juga dapat menjadi masalah bagi burung yang berevolusi di pulau-pulau yang tidak memiliki predator darat secara alami. Jadi, ada baiknya untuk membatasi pembangunan pemukiman baru yang dibangun terlalu dekat dengan lokasi penting bagi burung-burung yang bersarang di darat, dan mengurangi atau menghilangkan populasi kucing liar di pulau-pulau yang bukan tempatnya.”