LIPUTAN KHUSUS:
Medan Zoo Langgar Standar Kesejahteraan Satwa
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Kematian Nurhaliza adalah kasus kematian harimau sumatra kedua dalam dua bulan terakhir dan kematian ketiga harimau di kebun binatang ini.
Biodiversitas
Jumat, 12 Januari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pada hari terakhir 2023, pukul 16.48 WIB, Nurhaliza alias Putri, harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) penghuni Medan Zoo, ditemukan mati. Hasil pemeriksaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut) menunjukkan pengelolaan satwa di kebun binatang tersebut belum memenuhi standar lembaga konservasi.
Dalam rilisnya, BBKSDA Sumut menjelaskan, Nurhaliza, 9 tahun, bobot 50 kg, saat medical check up terakhir pada 14 November 2023 mengalami gangguan paru. Nafasnya tersengal-sengal dan bersuara, adanya keradangan dalam gambaran darah dan peningkatan BUN yang terkorelasi dengan hasil USG (penebalan dinding pelvis renalis dan dinding vesika urinaria), kondisi gigi kurang baik yang ditandai dengan penumpukan karang gigi.
Nurhaliza kemudian didiagnosa menderita pneumonia dan renal disease. Sebelum meninggal, Nurhaliza terlihat lesu, nafsu makan turun, pergerakan lambat dan lemah, serta nafas sesak dan sering muntah setelah makan.
BKSDA Sumut mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap Medan Zoo sejak April 2023 dan didapatkan fakta bahwa pengelolaan satwa di sana belum memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama animal welfare (kesejahteraan satwa), fasilitas kandang dan tata kelola lingkungan, serta kondisi kandang yang lembab yang mengakibatkan penurunan kesehatan satwa.
Sebagai tindak lanjut, BBKSDA Sumut telah memanggil manajemen Medan Zoo pada November 2023, guna melaporkan perkembangan atas hasil monitoring tersebut. Pihak manajemen Medan Zoo menyampaikan kendala dan kesulitan dalam pelaksanaan operasionalnya, sehingga hal-hal yang menjadi rekomendasi BBKSDA Sumut belum mengalami kemajuan yang berarti.
"Sudah dievaluasi dan sudah diberikan SP (surat peringatan) 1. Nanti akan kita monitor perbaikan mereka (Medan Zoo)," kata Rudianto Saragih Napitu, Kepala BBKSDA Sumut, 10/1/2024).
Rudi mengatakan, BBKSDA Sumut bersama mitra telah melakukan penanganan satwa Medan Zoo, antara lain pengecekan rutin kesehatan satwa bersama tim medis yang terdiri atas dokter hewan BBKSDA Sumut, praktisi dokter hewan Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), dan lembaga konservasi di Sumut, membantu pakan satwa dan tenaga perawat satwa (keeper) sebanyak 3 orang sejak Desember 2023 dari anggota PKBSI di Sumut, serta bantuan obat-obatan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
"Sampai saat ini kita masih turunkan tim piket dari dokter BBKSDA. Tim PKBSI dan kita juga menghadirkan ahli-ahli kebun binatang untuk memberikan masukan-masukan kepada Medan Zoo dan Pemerintah Kota Medan," katanya.
Kematian Nurhaliza ini adalah kasus kematian harimau sumatra kedua dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya Erha, harimau sumatra jantan, juga ditemukan mati pada 3 November 2023. Tidak lama setelah itu, harimau benggala bernama Avatar mati di kebun binatang yang sama.
The Wildlife Whisperer of Sumatra (WWS), lembaga konservasi yang memantau situasi ini, mengatakan kematian disebabkan oleh sakit kronis yang sudah menahun. WWS mengatakan kondisi serupa dialami empat harimau sumatra yang tersisa di kebun binatang tersebut.
“Semua harimau yang tersisa di Medan Zoo sudah sakit kronis. Harapan selamat dan sehat sulit karena pembiaran sakit yang tidak diobati,” kata WWS kepada Betahita, Jumat, 5 Januari 2024.
Menurut lembaga tersebut, saat ini harimau sumatra mengalami sakit akibat pengelolaan yang tidak memadai, mulai dari buruknya pakan dan nutrisi, serta ketidaksediaan obat dan vitamin.
“Bahkan air juga (tidak tersedia). Pompa air tidak ada di sana,” kata WWS.
Selain itu, tenaga medis tidak tersedia di Medan Zoo. Menurut WWS, dokter hewan di sana bekerja secara gratis atau pro bono, dengan mengeluarkan uang pribadi untuk pengobatan satwa. Saat Erha mati tahun lalu, barulah dokter hewan dari BKSDA Sumut turun lapangan.
“Medan Zoo tidak memiliki uang untuk membeli obat, dan tidak ada juga obat tersedia yang bisa digunakan dokter hewan,” ujar WWS.
Betahita telah mencoba menghubungi Manajer Medan Zoo, Pernius Harefa, untuk meminta tanggapan, namun tidak mendapat respons yang diharapkan.