LIPUTAN KHUSUS:
Sampah Jadi Ancaman Burung Air di Indonesia
Penulis : Gilang Helindro
Sekecil apapun sampah yang ada di lingkungan akan berdampak bagi burung air.
Biodiversitas
Rabu, 21 Februari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Burung air banyak bergantung pada habitat lahan basah. Mulai dari mangrove, hamparan lumpur, rawa rumput, hingga lahan basah buatan seperti kolam, tambak, dan sawah. Jihad, Senior Biodiversity Officer Burung Indonesia mengatakan, kehidupan burung air di lahan basah tersebut mendapat berbagai ancaman.
"Ancaman dari sampah mungkin menjadi pengingat bagi kita semua," kata Jihad, Minggu, 18 Februari 2024. Ancaman lainnya adalah perubahan lahan menjadi kawasan hunian dan industri, perusakan habitat, hingga perburuan.
Burung air terus terancam karena meningkatnya pencemaran sampah plastik, habitat tergerus, dan maraknya perburuan. “Sekecil apapun sampah yang ada di lingkungan akan berdampak bagi lingkungan hidup khususnya burung air,” ungkap Jihad.
Jihad mengungkapkan, sampah juga mengganggu pola makan burung. "Belum lagi keberlangsungan hidup burung air, dalam membuat sarang dan lainnya,” kata Jihad.
Wiryawan, salah satu member Burung Indonesia menyayangkan banyaknya sampah di sepanjang bibir Pantai Kharisma, Banten, yang menjadi habitat burung air. Saat melakukan sensus burung air, kata Wiryawan, cemaran sampah cukup banyak. “Dugaan saya, sampah terbawa oleh arus laut."
Sampah-sampah tersebut dibiarkan saja. "Mungkin akses ke pantai dekat PLTU Banten ini tertutup, jadi tidak ada akses untuk membersihkan sampah," ujarnya. Menurutnya, sampah tersebut harus dibersihkan agar tidak mengganggu kehidupan burung air maupun fauna lainnya.
Menurut catatan World Population Review, Indonesia berada di peringkat kelima sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut. Sampah plastik di laut Indonesia mencapai 56 ribu ton pada 2021. Di atas Indonesia ada China dengan kontribusi terhadap sampah plastik mencapai 70 ribu ton.
Dalam jurnal Global Change Biology, para peneliti di Universitas Cardiff dan Laboratorium Penelitian Greenpeace di Universitas Exete menyebut, ratusan burung air menelan ratusan keping plastik setiap hari.
Tak hanya sampah, ancaman lain yang mengintai keberadaan burung adalah pencemaran air yang meracuni rawa dan pantai akibat penggunaan pestisida dan merkuri.