Uji DNA oleh BRIN: Rambut di Sukabumi Kepunyaan Harimau Jawa

Penulis : Yosep Suprayogi

Spesies

Jumat, 22 Maret 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Tak ada rambut hewan yang mengejutkan-menggembirakan-mencemaskan seperti yang diperiksa laboratorium genetika BRIN ini. Pemeriksaan DNA atas sampel rambut yang ditemukan di pagar kebun di Desa Cipendeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat, itu menunjukkan rambut tersebut kepunyaan harimau jawa. Ya, Panthera tigris sondaica yang dianggap telah punah!

"Dari analisis komprehensif mtDNA (DNA mitokondria) kami menyimpulkan bahwa sampel rambut dari Sukabumi Selatan milik harimau jawa, segrup dengan DNA di awetan harimau jawa di Museum Zoologicum Bogoriense, yang dikoleksi pada 1930," demikian disampaikan tim peneliti gabungan itu. Namun, kata mereka, "Apakah harimau jawa benar-benar masih ada perlu dipastikan dengan studi genetik dan lapangan."

Tim peneliti--Wirdateti dari Badan Risat Inovasi Nasional (BRIN), Yulianto (BRIN), Kalih Raksasewu (BEL Foundation), dan Bambang Adriyanto (BKSDA)--telah menerbitkan analisis mereka dalam laporan berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample". Laporan dipublikasikan pada 21 Maret 2024 di jurnal Oryx, terbitan Cambridge University Press.

Diketahui, di Indonesia dahulunya ada tiga subspesies harimau (Panthera tigris), yakni harimau sumatera (P. tigris sumatrae), harimau jawa (P. tigris sondaica), dan harimau bali (P. tigris balica). Harimau jawa dan harimau bali telah dikategorikan punah, masing-masing pada 2008 dan 2013. Disebut punah karena keduanya tidak pernah dilaporkan terlihat di alam selama 30 tahun. Penampakan harimau jawa terakhir yang terkonfirmasi positif di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada 1976.

Cipeundeuy, tempat ditemukannya rambut harimau jawa

Harimau Jawa yang merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan pernah tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan kebun masyarakat mengalami kepunahan karena diburu. Ia dianggap sebagai hama. Penyebab kepunahan lainnya adalah habitatnya yang diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur. Ia korban kesemena-menaan manusia. Namun, perjumpaan dengan harimau jawa masih dilaporkan. Misalnya di Banjarnegara, Kuningan, Gunung Prau, Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, dan Suaka Margasatwa Cikepuh Sukabumi. Untuk membuktikan keberadaannya, beberapa survei dilakukan. "Survei terakhir subspesies ini dilakukan pada 1999–2000 di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, dengan menggunakan 35 kamera jebakan," tulis Wirdateti dkk., namun, "Tidak ada harimau (jawa) yang ditemukan."

harimau jawa (Panthera tigris sondaica) )Wikipedia)

Lalu, sehari setelah peringatan HUT RI ke-74 (hayo, tahun berapa?), Ripi Yanur Fajar, warga setempat dan pegiat konservasi, melihat hewan serupa harimau jawa di kebun warga di Cipendeuy di kawasan hutan Sukabumi Selatan. Temuan itu dilaporkan kepada Kalih Raksasewu, konservasionis Yayasan Bentang Edukasi Lestari (BEL) Bogor, yang mendatangi tempat tersebut sembilan hari kemudian. Nah, Kalih di sana menemukan sehelai rambut tersangkut di bagian pagar di mana hewan yang diduga harimau itu melompatinya. Pemeriksaan lebih jauh bersama Bambang Adryanto dari BKSDA menemukan jejak kaki dan bekas cakar. Mereka menduga jejak itu milik harimau.

Harimau Sumatra merupakan satu dari tiga spesies Harimau yang pernah tinggal di Indonesia.

Dari wawancara mendalam terhadap Ripi Yanur Fajar, keduanya yakin yang dilihat Ripi itu adalah harimau jawa. Demikian pula rambut yang ditemukan tersangkut di pagar pembatas kebun dan jalan desa adalah milik kucing besar itu. Masalahnya, siapa yang akan mempercayai klaim mereka, yang hanya berdasar keterangan seorang saksi dan sehelai rambut misterius?

Beruntung ada teknologi DNA. Inilah teknologi yang membuat sebuah zat, sepanjang material itu berasal dari mahluk hidup bisa dibujuk rayu dengan perlakuan dan senyawa kimia tertentu untuk mengungkapkan jati dirinya, melalui untaian genetika yang dikandungnya. Teknologi ini sebelumnya telah digunakan untuk identifikasi jenazah kecelakaan hingga korban bom yang tak bisa dikenali dengan cara lain. Teknologi ini juga telah dikuasai peneliti Indonesia, bahkan beberapa ilmuwan Indonesia adalah bagian dari tim Human Genome Project yang merupakan proyek pemetaan genetika manusia. Dengan kata lain, teknologi DNA ini--di sini yang digunakan adalah mtDNA, yakni material DNA dari mitokondria, bukan dari inti sel--akan sanggup melacak spesies apa yang empunya bulu yang tertinggal di pagar itu. Pada 4 Maret 2022, rambut itu, yang disimpan oleh BKSDA, diserahkan ke BRIN.

DNA rambut itupun diteliti di BRIN, Cibinong--sepertinya di lab yang dulu dikelola Eijkman Institute, lembaga genetika molekuler kelas dunia yang pernah dimiliki Indonesia sebelum lembaga ini dilebur ke dalam BRIN. Susunan genetikanya diurai, lalu dibandingkan dengan susunan genetika harimau sumatra, macan jawa (Panthera pardus melas), dan harimau jawa yang diawetkan di Museum Zoologi Bogor.

Voila, ternyata bulu khas mamalia yang diduga milik harimau jawa itu memiliki kesamaan di sekuen yang diperiksa dengan spesimen harimau jawa di Museum Zoologi sebesar 98,23 persen, lebih tinggi dari kesamaannya dengan harimau sumatra (97,06%) dan harimau benggala (96,87%). Dan, pemeriksaan pohon filogenetik pemilik rambut misterius itu pun menunjukkan ia segrup dengan harimau jawa di Museum Zoologi.

Apakah dengan demikian harimau jawa masih ada?

Itu tadi, seperti kata para penelitinya, "Untuk membuktikannya diperlukan studi genetika dan lapangan lanjutan." Itu sudah!