Ecoton Minta Jepang Setop Kirim Sampah ke Indonesia
Penulis : Gilang Helindro
Sampah
Selasa, 09 April 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Ecoton mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Berdasarkan data UN Comtrade, Jepang merupakan eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman. Dan, terhitung dari 2020 hingga 2023, Jepang telah mengirim sampah plastiknya rata-rata 1,5 juta kilogram per bulan ke Indonesia.
Ecoton menyebut, sampah plastik ini masuk ke Indonesia diduga mendompleng aktivitas impor bahan baku kertas di Jawa Timur.
Alaika Rahmatullah, Divisi Edukasi Ecoton dalam keterangan resminya mengatakan, temuan modus ini diduga terjadi pada sampah impor di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, dan di dua desa di Kabupaten Sidoarjo yang menjadi tempat pembuangan sampah atau dumpsite.
“Pengiriman sampah plastik ke negara-negara berkembang seperti Indonesia ini bukan hanya tindakan tidak etis, melainkan juga menciptakan dampak serius bagi ekosistem sungai dan kesehatan,” kata Alaika, dikutip Senin, 8 April 2024.
Berdasarkan penelusuran Ecoton, persentase sampah plastik dan sampah rumah tangga sebesar 30 persen. Mengutip data UN Comtrade tentang Paper Waste Exporters to Indonesia 2022, Jepang mengirim 235.203 ton sampah kertas ke Indonesia.
Kemudian, dari data Statista terungkap Jepang telah mengirimkan 12,46 juta kilogram sampah plastik sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 10,67 juta kilogram sampah plastik.
“Hal ini menjadikan Jepang salah satu dari enam negara pengirim sampah kertas terbesar di Indonesia,” ungkap Alaika.
Daru Setyorini, Direktur Eksekutif Ecoton mengatakan, Jepang sebagai negara kaya dan maju harusnya memiliki kemampuan lebih baik dalam mengolah dan mendaur ulang sampah plastik.
Daru bilang, Jepang harus menghentikan penjajahan pencemaran plastik ke negara berkembang. Kemudian, Jepang harus berhenti mengirim sampah plastik untuk daur ulang. Sebab, daur ulang plastik tidak aman dan mengorbankan kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
“Daur ulang melepas emisi karbon yang sangat besar. Sebab, plastik terbuat dari minyak bumi dan mengandung bahan aditif kimia yang sangat toksik. Bahkan, dapat mengganggu hormon dan memicu kanker yang mengancam kehidupan dan meracuni ekosistem di Indonesia,” ungkap Daru.
Pihaknya menilai, sampah plastik impor membawa petaka buruk bagi lingkungan dengan ancaman kontaminasi mikroplastik dan racun pengganggu hormon di sungai Indonesia. Terutama di Sungai Brantas yang menjadi sumber air baku PDAM Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo.
Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti mengatakan, dalam penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara 2022 ditemukan Sungai Brantas menjadi sungai yang paling terkontaminasi mikroplastik di antara 68 Sungai Strategis Nasional di seluruh Indonesia.
“Sampah impor ini masuk karena pabrik kertas. Ada 12 pabrik kertas yang memanfaatkan bahan baku sampah impor. Pabrik itu membuang limbah cair bercampur mikroplastik ke Sungai Brantas,” kata Rafika.
Sampah plastik impor ini ternyata ada yang berakhir di pabrik pembuatan tahu Tropodo, tambah Rafika. Penelitian Ecoton 2023, air, udara, tahu di daerah Tropodo positif terkontaminasi mikroplastik.
“Belum lagi, asap dari pembakaran sampah plastik juga dapat memicu terlepasnya senyawa dioksin dan furan. Keduanya merupakan senyawa karsinogen yang memicu kanker dan paru-paru,” ungkap Rafika.