Sampah Plastik Telah Menjadi Masalah Antarnegara

Penulis : Gilang Helindro

Sampah

Selasa, 16 April 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Kondisi pesisir pantai Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.290 km sedang tidak baik-baik saja. Selain terancam krisis iklim dan beban pembangunan, keadaannya semakin rentan oleh ancaman penyebaran polusi plastik dari daratan.

Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK menyatakan, permasalahan sampah plastik yang mencemari pesisir dan laut ini bahkan telah menjelma dari persoalan antardaerah menjadi permasalahan antarnegara. Penanganannya, kata Novrizal, harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, swasta, pemerintah, maupun lembaga di luar pemerintah.

“Memperkuat kolaborasi dengan berbagai rekanan dalam negeri maupun internasional untuk mendorong pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir yang lebih berkelanjutan itu sangat penting,” kata Novrizal, dikutip Senin, 15 April 2024.

Sejauh ini, ungkap Novrizal, kebijakan untuk menekan laju ancaman polusi sampah plastik sudah banyak dibuat. Gerakan kepedulian masyarakat terhadap sampah juga ia nilai cukup baik. Termasuk juga soal komitmen para produsen.

Sampai plastik di Pesisir. Foto: KLHK/Istimewa

Selain itu berbagai industri hilir recycling berskala rumah tangga juga mulai bermunculan di berbagai daerah. Pihaknya juga telah mendorong konsep pengelolaan sampah plastik melalui ekonomi sirkular.

“Pemerintah memiliki kebijakan extended producer responsibility atau memperluas tanggung jawab produsen dalam mengurangi persoalan sampah yang berasal dari produk atau packaging-nya,” kata Novrizal.

Dengan berbagai upaya itu, Novrizal berharap bisa mencapai target pengurangan produksi sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025. Target yang ditetapkan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Ahmad Bahri Rambe, Koordinator Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut ketika ditemui dalam kegiatan Kampanye Resik (Redefining Solutions on Plastic Poluttion Towards Integrated Policy and Knowlege) belum lama ini mengatakan, berdasarkan perhitungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terdapat 615.674 ton sampah plastik yang bocor ke laut Indonesia.

Dalam lima tahun terakhir, lanjut Bahri, jumlahnya mencapai 398.000 ton pada tahun 2022. Jumlah tersebut menurun 35,36 persen.

Menurut Bahri meski kebocoran sampah ke laut mengalami penurunan, namun tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah masih banyak. “Salah satunya yaitu minimnya lembaga pengawasan dan pendukung di daerah. Tapi sejauh ini kami akan terus melakukan upaya-upaya mengelola sampah menjadi lebih baik,” ungkap Bahri.

Mengacu pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2022 untuk volume timbulan sampah di Indonesia mencapai 19,45 juta ton.

Angka itu disebut menurun 37,52 persen dari 2021 yang sebanyak 31,13 juta ton. Sampah plastik di urutan kedua setelah sampah makanan yaitu sebesar 18,55 persen. Sedangkan lazimnya timbulan sampah nasional berupa makanan sebesar 41,55 persen.

Dari timbulan sampah itu, data KLHK mencatat, baru 2,85 persen sampah plastik di laut Indonesia yang bisa dikurangi pada 2018-2021. Di samping itu, capaian pengurangan sampah plastik di laut pada 2022 meningkat menjadi 35,5 persen. Sementara berdasarkan perhitungan sampah plastik oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, terdapat 615.674 ton sampah plastik di laut pada 2018.