Papua Paling Terdampak Bencana Ekologis

Penulis : Aryo Bhawono

Ekologi

Senin, 29 April 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Papua menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan peningkatan bencana ekologis di Indonesia. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua menyatakan tingginya bencana ekologis ini seharusnya menjadi peringatan terhadap pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada lingkungan.

Direktur Eksekutif Walhi Papua, Maikel Primus Peuki, menyebutkan 2023/2024 tercatat sebagai tahun terpanas. Di sisi lain, dampak siklus basah La Nina sepanjang dua tahun ke belakang telah mengakibatkan berbagai bencana seperti tanah longsor, banjir, gelombang pasang, dan puting beliung. Dampaknya, warga banyak menjadi korban dan terpaksa mengungsi.

Menurutnya, pelonggaran kebijakan perlindungan lingkungan "demi melayani kepentingan membawa investasi" menjadi biang bencana ekologis. Selama sepuluh tahun terakhir, kata dia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan kejadian bencana ekologis hampir sepuluh kali lipat. 

“Puncak dari kerentanan ekologis itu terlihat dari kejadian bencana di awal tahun 2019 yang terjadi di Kabupaten Jayapura banjir bandang dan air laut naik, dan kemudian disusul dengan terjangan siklon tropis Seroja yang melanda Yahukimo, Lani Jaya, Puncak, Nduga, Paniai, Nabire, Jayawijaya, Dogiyai, Sorong, Jayapura, Merauke serta daerah-daerah di Pulau Papua. Banjir besar di Kabupaten Jayapura sentani menjadi alarm tanda bahaya darurat ekologis sebagai konsekuensi perusakan lingkungan Bumi Papua,” ucap Maikel dalam peringatan Hari Bumi pekan lalu.

Warga Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, mengangkat tanaman kering karena gagal panen dari kebun mereka, Foto: Walhi Papua

Ia menyebutkan peringatan Hari Bumi seharusnya bukan sekadar seremonial, namun dimaknai sebagai momentum reflektif untuk menjaga bumi menjadi tempat yang layak huni. Momentum Hari Bumi, kata dia, merupakan sarana masyarakat menuntut pertanggungjawaban institusi penyelenggara negara, khususnya pemerintah di Papua. 

“Berbagai kerusakan lingkungan hidup dan penderitaan warga yang bertubi-tubi akibat berbagai kebijakan telah meningkatkan kerawanan dan memaparkan warga pada berbagai risiko bencana,” ucap dia. 

Walhi Papua juga mengajak seluruh tokoh agama dan adat, pemuda untuk menghentikan perusakan alam yang dilakukan demi ekspansi perkebunan monokultur skala besar, perampasan tanah dan hutan adat Papua, tambang, infrastruktur energi kotor, dan proyek skala besar seperti food estate, pabrik migas, dan lainnya.

Pada peringatan Hari Bumi 2024 yang bertema ‘Tanah Papua adalah Rumah Kita’, Walhi Papua menyerukan pembangunan kemandirian menghadapi risiko bencana. Mereka mendesak pemerintah daerah di Papua untuk meletakkan landasan bagi penyelamatan generasi yang akan datang melalui komitmen nyata memitigasi resiko kerusakan lingkungan, penurunan emisi gas rumah kaca yang ambisius dan tidak membahayakan nasib generasi yang akan datang

“Selain itu pemerintah mesti membangun kekuatan politik rakyat dan agenda politik hijau guna memastikan terwujudnya keadilan ekologis bagi generasi hari ini dan generasi yang akan datang,” kata Maikel.