Dunia Tidak Perlu Proyek Energi Fosil Baru
Penulis : Kennial Laia
Energi
Senin, 03 Juni 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Penelitian terbaru mengungkap bahwa dunia memiliki cukup banyak proyek bahan bakar fosil yang direncanakan untuk memenuhi perkiraan permintaan energi global hingga 2050. Dus, menurut para peneliti, negara-negara harus berhenti mengeluarkan izin minyak, gas, dan batu bara baru.
"Jika pemerintah mewujudkan perubahan yang dijanjikan untuk menjaga agar dunia tidak melanggar target iklimnya, maka tidak diperlukan proyek bahan bakar fosil baru," kata para peneliti di University College London dan Institute for Sustainable Development (IISD), pada Kamis, 30 Mei 2024.
Data di dalam laporan tersebut memberikan apa yang mereka sebut sebagai “dasar ilmiah yang kuat” bagi pemerintah global untuk melarang proyek bahan bakar fosil baru dan memulai penurunan industri bahan bakar fosil, sambil mendorong investasi pada alternatif energi ramah lingkungan.
Dengan menetapkan “permintaan yang jelas dan segera” para pemimpin politik akan mampu menetapkan norma baru seputar masa depan bahan bakar fosil, sehingga industri dapat “segera bertanggung jawab”, kata para peneliti.
Diterbitkan di jurnal Science, makalah ini menganalisis perkiraan permintaan energi global untuk minyak dan gas, serta listrik berbahan bakar batu bara dan gas, dengan menggunakan berbagai skenario yang disusun untuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB yang membatasi pemanasan global pada 1,5C di atas tingkat pra-industri.
Para peneliti menemukan bahwa selain tidak memerlukan ekstraksi bahan bakar fosil baru, tidak diperlukan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas baru di masa depan yang net zero.
“Yang penting, penelitian kami menetapkan bahwa ada dasar ilmiah yang kuat untuk norma yang diusulkan dengan menunjukkan bahwa tidak diperlukan proyek bahan bakar fosil baru,” kata Steve Pye, salah satu penulis laporan dari UCL Energy Institute, Kamis, 30 Mei 2024.
“Kejelasan yang dihasilkan oleh norma ini akan membantu memfokuskan kebijakan untuk menargetkan peningkatan ambisius investasi energi terbarukan dan ramah lingkungan, sekaligus mengelola penurunan infrastruktur bahan bakar fosil dengan cara yang adil dan setara,” ujarnya.
Fergus Green, dari departemen ilmu politik di UCL, mengatakan penelitian tersebut mengambil pelajaran dari perubahan norma etika global di masa lalu, seperti perbudakan dan pengujian senjata nuklir.
“Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa norma-norma dapat diterima ketika norma-norma tersebut memuat tuntutan-tuntutan sederhana yang dapat dimintai pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang berkuasa,” ujarnya
“Tujuan-tujuan jangka panjang yang kompleks seperti 'net zero emisi pada 2050' tidak memiliki ciri-ciri tersebut, namun 'tidak ada proyek bahan bakar fosil baru' merupakan tuntutan yang jelas dan mendesak, yang menjadi dasar penilaian yang tepat bagi semua pemerintahan saat ini, dan industri bahan bakar fosil,” kata Green.