Listrik Terbarukan 2030, IEA: Target 3, Dapat 2

Penulis : Kennial Laia

Energi

Rabu, 05 Juni 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Dunia masih berada di jalur yang tidak tepat untuk mencapai target peningkatan produksi listrik terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030. Target ini dinilai penting untuk memungkinkan transisi global yang cepat dari bahan bakar fosil. Di sisi lain, terdapat tanda-tanda yang menjanjikan bahwa laju kemajuan tersebut mungkin akan meningkat.

Pada Desember tahun lalu, negara-negara menyetujui peningkatan penggunaan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada akhir dekade ini. Namun masih sedikit yang mengambil langkah konkret untuk memenuhi persyaratan ini. 

Analisis dari Badan Energi Internasional (IEA) mengungkap bahwa, berdasarkan kebijakan dan tren saat ini, kapasitas pembangkit listrik terbarukan global hanya akan berlipat ganda di negara-negara maju, dan sedikit lebih dari dua kali lipat secara global pada 2030. 

“Target tiga kali lipat ini ambisius namun dapat dicapai – meskipun hanya jika pemerintah segera mengubah janji menjadi rencana aksi. Negara-negara di seluruh dunia mempunyai peluang besar untuk mempercepat kemajuan menuju sistem energi yang lebih aman, terjangkau, dan berkelanjutan,” kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, Selasa, 4 Juni 2024. 

Energi bersih dan terbarukan seperti tenaga angin dan matahari semakin murah, dan memungkinkan dunia untuk mencapai target 1.5C dengan target dan kebijakan yang tidak mendukung energi fosil. Dok IEA

Pemerintah harus memasukkan target dan kebijakan energi terbarukan dalam rencana aksi nasional mereka untuk mengatasi perubahan iklim (kontribusi yang ditentukan secara nasional, atau NDC), yang merupakan persyaratan dalam perjanjian Paris, demikian temuan IEA. Saat ini banyak negara yang gagal melakukan hal tersebut, padahal peningkatan besar-besaran dalam energi terbarukan sangat penting untuk memenuhi aspirasi perjanjian tersebut untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5C di atas tingkat pra-industri.

IEA, yang merupakan standar utama penelitian energi global, menganalisis kebijakan dan target dalam negeri di hampir 150 negara, dan menemukan bahwa kebijakan dan target tersebut akan menghasilkan sekitar 8.000 GW kapasitas energi terbarukan pada 2030. Jumlah tersebut setara dengan 70% dari target 11.000GW. Angka ini sendiri berasal dari kesepakatan pada KTT iklim PBB atau COP28 di Dubai tahun lalu.

Tenaga surya menyumbang sekitar setengah dari kapasitas yang direncanakan pemerintah untuk dipasang, sementara tenaga angin menyumbang sekitar seperempatnya.

“Memang ada kesenjangan, namun kesenjangan tersebut dapat dijembatani,” kata Heymi Bahar, analis energi senior di IEA dan salah satu penulis laporan COP28. 

Tahun lalu, terdapat rekor peningkatan kapasitas energi terbarukan, yaitu sekitar 560GW dalam satu tahun, naik sebesar 64% dari penambahan kapasitas baru pada 2022. 

Tenaga surya dan angin masih lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil, dan IEA memperkirakan tren ini akan menetap. Selain itu, terdapat banyak kapasitas produksi tenaga surya, dan masalah pasokan komponen tenaga angin telah teratasi. Beberapa perusahaan pembangkit listrik tenaga angin yang sempat kesulitan karena tingginya harga komponen kini kembali meraih keuntungan, kata Bahar.

Beberapa negara juga bergerak lebih cepat dari target nasionalnya. Tahun lalu, Tiongkok menambahkan lebih banyak kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan dibandingkan negara-negara lain di dunia. “Ini luar biasa. Semua orang sangat terkejut. Salah satu alasannya adalah harga tenaga surya dan angin jauh lebih murah dibandingkan batu bara,” kata Bahar. 

Kapasitas energi terbarukan kumulatif pada 2022, serta gap yang perlu dikejar untuk memenuhi target kenaikan produksi listrik terbarukan pada 2030. 

Pemerintah sekarang perlu lebih memusatkan perhatian pada peningkatan jaringan listrik mereka, yang merupakan hambatan besar dalam kemajuan di banyak tempat, tambah Bahar. “Banyak negara telah mengalokasikan banyak dukungan untuk energi terbarukan, namun jaringan listrik telah dilupakan. Diperlukan tindakan regulasi untuk mengatasi hal ini.”

Dia mengatakan negara-negara saat ini dapat bergerak lebih cepat untuk memastikan bahwa target tiga kali lipat dapat terpenuhi. Pemerintah-pemerintah akan bertemu minggu ini dan minggu depan di Bonn, markas besar sekretariat konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim, untuk membahas janji-janji yang dibuat pada Cop28, dan kemajuan menuju konferensi COP29, yang akan berlangsung pada November ini di Azerbaijan.