70% Kebakaran Januari-April 2024 di Dalam Konsesi Perusahaan

Penulis : Aryo Bhawono

Karhutla

Kamis, 20 Juni 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Beragam kawasan membara akibat kebakaran hutan dan lahan di rentang Januari hingga April 2024. Kawasan konsesi mendominasi area karhutla hingga mencapai 70 persen.

Madani Berkelanjutan mengindikasikan karhutla di Indonesia pada rentang Januari Hingga April 2024 melalui data analisis Area Indikatif (AIT) mencapai 40 ribu ha. Tercatat sebaran kawasan karhutla ini cukup beragam. 

Peneliti Madani Berkelanjutan, Sadam Afian Richwanudin, menyebutkan perhatian utamanya adalah indikasi karhutla pada kawasan konsesi. Hampir 70 persen atau setara 27 ribu ha AIT Januari April 2024 berada di dalam dan sekitar Konsesi. 

Rinciannya, seluas 18.609 ha indikasi karhutla ada di area konsesi dan 8.354 ha di sekitar konsesi dalam radius maksimal 2 km. Area indikasi Januari hingga April 2024 tidak luput dari aktifitas konsesi. Bahkan area indikasi di dalam konsesi yang paling mendominasi dan berkembang dari Januari hingga puncaknya Bulan April.

Kebakaran hutan dan lahan menjadi salah satu faktor penyumbang hilangnya tutupan hutan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Foto: Auriga Nusantara.

Data Madani menunjukkan, dari karhutla yang terjadi di area dan sekitar konsesi, terbanyak berada di konsesi sawit yaitu mencapai 8,6 ribu ha. Khusus di dalam izin sawit angka indikasi karhutla mencapai hampir 5 ribu ha. Sedangkan indikasi karhutla di sekitar izin sawit pun tetap yang tertinggi yaitu seluas 3,6 ribu ha. Area Indikasi tertinggi kedua berada di konsesi Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dan disusul konsesi minerba dan migas.  

“Karhutla di area konsesi menunjukkan masih lemahnya komitmen pemegang izin untuk mengantisipasi kebakaran di kawasannya. Bahkan hukum Indonesia mengenal asas strict liability bagi pemilik izin yang gagal mengantisipasi karhutla di area konsesinya, sehingga pemilik izin dapat serta merta dinyatakan melanggar hukum tanpa harus dibuktikan,” kata Sadam.

GIS Specialist Madani Berkelanjutan, Fadli Ahmad Naufal, mengungkapkan area indikasi di Kawasan Hutan berkembang sejak Januari hingga Maret, melemah ketika memasuki bulan April. Area Indikasi ini dominan terjadi di kawasan hutan produksi. Meskipun begitu, karhutla masih terjadi pula di kawasan hutan lindung dan konservasi.

“56 persen karhutla terjadi di dalam kawasan hutan, angkanya mencapai 21.587 ha dan meledak di Bulan Maret”, ucap dia. 

Karhutla saat ini mayoritas terjadi di tutupan pertanian lahan kering, perkebunan, semak, dan belukar rawa. Tutupan ini memang menjadi langganan karhutla sejak 2015. Bahkan belukar rawa menjadi area yang paling terbakar setidaknya menurut model AIT ini.

Fadli menyebutkan luasannya mencapai 75 persen atau setara 23 ribu ha dari keseluruhan area indikasi di tutupan non hutan alam.

Area ekosistem gambut berkontribusi terhadap angka indikasi karhutla sebesar 24,8 persen atau setara 9,5 ribu ha. Area Indikasi karhutla di ekosistem gambut terbesar terjadi di bulan Maret 2024 dan melemah saat memasuki bulan April. 

Indikasi karhutla ekosistem gambut terluas berada di fungsi lindung ekosistem gambut, yaitu sebesar 65 persen atau setara 6,2 ribu ha. Angka ini menunjukkan melonjaknya luas indikasi karhutla di fungsi lindung hampir 20 kali lipat sejak Januari hingga Maret 2024.

Sebesar 14,21 persen atau setara 5,4 ribu ha area indikasi karhutla Januari-April 2024 b di Area Restorasi BRGM (PIR 02). Lonjakan terjadi di prioritas restorasi pada gambut lindung yang telah berbentuk kanal-kanal.

“Artinya hingga April 2024 masih terdapat AIT di area piroritas restorasi BRGM,”ungkap Fadli.