Tambang Prancis dan Jerman Batalkan Pemurnian Nikel di Teluk Weda

Penulis : Gilang Helindro

Tambang

Kamis, 27 Juni 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - BASF dan Eramet, masing-masing perusahaan tambang dari Jerman dan Prancis, membatalkan proyek bersama senilai $2,6 miliar (sekitar Rp 42,640 triliun) di kompleks pemurnian nikel dan kobalt di Teluk Weda Indonesia.

Eramet dalam keterangan resminya menyebut, setelah evaluasi secara menyeluruh bersama BASF, termasuk diskusi mengenai strategi pelaksanaan proyek, “memutuskan untuk tidak melakukan investasi ini,” tulis Eramet, dikutip Rabu, 26 Juni 2024.

Septian Hario Seto, pejabat senior di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi seperti dikutip Mining.com membenarkan pernyataan tersebut. Dia mengatakan kedua perusahaan itu telah memberitahu pemerintah tentang keputusan tersebut.

Sebelumnya pada Januari 2023, para pejabat Indonesia mengatakan grup perusahaan Prancis dan BASF hampir menyelesaikan investasi sebesar $2,6 miliar dalam produksi nikel untuk digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Proyek ini berbasis pada sumber daya yang diambil dari tambang Eramet di Teluk Weda. Eramet kemudian mengkonfirmasi bahwa negosiasi sedang berlangsung, namun mengatakan proyek tersebut masih bergantung pada keputusan investasi akhir.

Tampak dari ketinggian kondisi air Sungai Sagea yang diduga tercemar akibat aktivitas tambang di wilayah Sagea, Kecamatna Weda Utara, Halmahera Tengah, Maluku Utara, pada 24 Agustus 2023. Foto: Auriga Nusantara/Yudi Nofandi.

“Saya kira pembatalan ini karena melihat HPAL di Indonesia sudah banyak, sehingga lebih mudah mendapatkan PLTMH (campuran hidroksida endapan), sehingga tidak perlu untuk membangunnya sendiri,” kata Septian.

Sejumlah perusahaan Tiongkok dan mitra lokal di Indonesia telah berinvestasi di HPAL di Indonesia, seiring dengan keinginan Indonesia untuk membangun industri kendaraan listrik dalam negeri.