Pemda Poso Didesak Bentuk Perda Pengurangan Plastik

Penulis : Gilang Helindro

Sampah

Selasa, 16 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Serangkaian penelitian Ecoton menggambarkan mikroplastik telah mengkontaminasi feses, paru-paru, sperma, air susu ibu, plasenta hingga otak manusia. Penjelasan ini disertai dengan meneliti air sungai, danau, laut, tanaman, udara, serta wajah manusia di Kabupaten Poso. Hasilnya, semua telah terpapar mikroplastik.

Dalam workshop Saya Pilih Bumi, Aeshnina Azzahra menjelaskan bagaimana cara pikir dan gaya hidup jaman sekarang yang maunya instan telah membuat alam dan manusia menderita. “Memang plastik itu mempermudah tapi sebenarnya dampaknya membuat penderitaan yang berabad-abad lamanya,” kata Nina, dikutip Minggu, 14 Juli 2024.

Menurut Nina, konsumsi plastik sekali pakai telah mempermudah hidup manusia dan menjadi gaya hidup, namun manusia tidak bertanggungjawab atas apa yang digunakannya.

Daru Setyorini Direktur Eksekutif Ecoton, menambahkan bahwa mikroplastik berasal dari dua sumber: sumber primer yaitu plastik yang sengaja dibuat seperti tas kresek dan sumber sekunder yaitu plastik yang tidak sengaja dibuat namun ditambahkan sebagai sebuah unsur dari sebuah produk misalnya pembersih wajah.

Team ECOTON menyerahkan buku rekam jejak mikroplastik kepada Kepala DLH Kab Poso. Foto: Istimewa/Ecoton.

Penggunaan plastik yang tidak bertanggungjawab ini nampak dalam survei online yang dilakukan oleh Institut Mosintuwu dan Ecoton. Survei online ini per 12 Juli 2024 diikuti oleh 152 orang dari 48 wilayah desa/kelurahan/dusun di Kabupaten Poso. Sebanyak 61,8 persen responden mengatakan, masalah lingkungan yang paling mengkhawatirkan di Kabupaten Poso adalah pencemaran sampah plastik.

Sebanyak 20,4 persen menyebut, pencemaran di sungai, danau dan laut sebagai yang paling mengkhawatirkan mereka. Sebanyak 33 persen responden juga mengatakan, sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik sebagai salah satu sebab tingginya kejadian banjir belakangan ini di Sulawesi Tengah. Di sisi kesehatan, sebanyak 48 persen responden mengkhawatirkan sampah plastik mengancam kesehatan manusia di Kabupaten Poso.

Menariknya, kata Nina, saat ditanya apakah mereka melakukan pengelolaan sampah dengan benar di rumahnya? Hanya 30,9 persen responden yang melakukan pemilahan sampah di rumah. Mayoritas mengaku mereka membakar sampah plastik.

Dalam workshop yang difasilitasi Lian Gogali disepakati untuk membangun jaringan dan kelompok untuk mengkampanyekan diet plastik mulai dari diri sendiri hingga lingkungan sekitar. Menggunakan botol minuman isi ulang dan menolak penggunaan botol minuman sekali pakai serta membawa wadah makanan sendiri, merupakan tindakan yang harus dinormalisasi pada semua orang.

Daru Setyorini menyebutkan tiga pihak harus bertanggungjawab dalam penyelesaian masalah plastik sekali pakai yaitu pemerintah, produsen atau perusahaan, dan masyarakat. “Saat ini terdapat 113 pemerintah kota dan daerah telah membuat kebijakan untuk menolak plastik sekali pakai,” kata Daru.

Daru bilang, Komunitas Saya Pilih Bumi menginisiasi usulan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Poso membuat kebijakan untuk menolak plastik sekali pakai. Dalam survei online, 97,3 persen responden menyebutkan perlunya Peraturan Daerah yang mengatur penggunaan plastik sekali pakai.

Merespon usulan komunitas, Murni Putosi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Poso, mendukung inisiatif yang sudah direncanakan dan menceritakan bahwa saat ini sudah ada surat instruksi yang diedarkan bagi para pemilik usaha di sekitar wilayah Danau Poso untuk tidak membuang sampah di danau.

Murni berharap usulan komunitas untuk surat instruksi menjadi Peraturan Daerah mengenai plastik sekali pakai disambut baik, dan bisa ditindaklanjuti bersama. “Dukungan untuk usulan Peraturan Daerah mengenai penggunaan plastik sekali pakai dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Poso ini menjadi langkah awal yang akan ditindaklanjuti oleh komunitas Saya Pilih Bumi: Tolak Plastik Sekali Pakai,” ungkap Murni.