Kenaikan Air Laut Meningkat Lebih Dari Dua Kali Lipat Sejak 2022

Penulis : Aryo Bhawono

Iklim

Jumat, 19 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pengamatan satelit menunjukkan tingkat kenaikan permukaan air laut global meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2022. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperingatkan fenomena ini sebagai dampak pemanasan global. 

Plt Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan laporan ilmiah pada 2002 yang didapatkan oleh BMKG mencatat kenaikan permukaan laut rata-rata mencapai 2,14 milimeter (mm) per tahun. Angka ini kemudian melonjak pada periode 2013 sampai 2022, yakni 4,72 mm per tahun.

"Terjadi kenaikan dua kali lipat menjadi 4,72 milimeter per tahun dibandingkan tahun 2002," kata dia ketika peresmian menara Gas Rumah Kaca (GRK) di Jambi, Kamis (18/7) yang disiarkan melalui akun youtube BMKG.  

Ia khawatir 50 tahun ke depan kenaikan muka air laut akan mencapai 4 meter. Bisa dibayangkan, kata dia, pulau-pulau kecil akan tenggelam. 

Pulau Pari di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan laut yang dipicu oleh krisis iklim.

Tak hanya itu bencana kekeringan dan banjir akan datang silih berganti sesuai dengan musim. 

Dampak terbesar secara global adalah krisis pangan. Indonesia sendiri tak akan lagi mengimpor bahan makanan karena negara lain juga mengalami krisis serupa. 

“Jika ini terjadi maka pada 2050, ketika masa Indonesia Emas, justru akan terjadi krisis pangan,” ucap dia.

Fenomena ini merupakan dampak kenaikan suhu dan perubahan iklim. Kajian Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) peningkatan suhu sejak tahun 2015 hingga 2023 melesat mencapai 1,45 derajat Celsius.

Suhu pada tahun 2023 terpaut 0,05 dari ambang batas peningkatan suhu permukaan bumi yang diwanti-wanti sejumlah negara di dunia dalam Paris Agreement pada tahun 2015 lalu.

"Ternyata suhu global naik 1,45 derajat Celsius. Tinggal 0,05 derajat Celsius yang diizinkan naik tahun ini," kata Dwikorita.

BMKG sendiri mendirikan menara Gas Rumah Kaca (GRK) baru di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Menara setinggi 100 meter ini berfungsi untuk memantau dan memberikan informasi terintegrasi terkait gas rumah kaca global.

Menara GRK di Muaro Jambi ini merupakan menara kedua yang diresmikan BMKG setelah di Sumatera Barat. 

"Tujuannya memonitor perubahan konsentrasi gas rumah kaca, apakah meningkat atau bagaimana. Dengan ini kita bisa memberikan peringatan dini tentang peningkatan gas rumah kaca," ujarnya.