FAO Keluarkan Pedoman Baru Penanganan Karhutla

Penulis : Aryo Bhawono

Karhutla

Rabu, 31 Juli 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/ FAO) menerbitkan pedoman baru bagi negara-negara untuk mengelola risiko kebakaran hutan. Pedoman berjudul ‘Integrated Fire Management Voluntary Guidelines: Principle and Strategic Action’ merupakan pembaruan pedoman yang dikeluarkan lembaga itu pada dua dekade sebelumnya. Lembaga ini memasukkan konten baru untuk mengatasi tantangan krisis iklim. 

Saat ini 340-370 juta hektare permukaan bumi terbakar setiap tahunnya. Kebakaran hutan ekstrem diproyeksikan meningkat hingga 50 persen, lebih sering terjadi pada akhir abad ini. Penyebabnya adalah perubahan lingkungan akibat perubahan iklim yang meningkatkan kekeringan, suhu udara tinggi, dan angin kencang. Faktor ini kemungkinan besar akan menyebabkan musim kebakaran yang lebih panas, lebih kering, dan lebih lama. 

Ketika kebakaran hutan menjadi ekstrem, hal ini dapat berdampak buruk pada pembangunan berkelanjutan, mengancam mata pencaharian masyarakat, dan menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.

“Bagaimana kita menanggapi tantangan kebakaran hutan merupakan hal yang sangat penting,” ujar Zhimin Wu, Direktur Divisi Kehutanan FAO, yang meluncurkan edisi baru pedoman tersebut pada sebuah acara sampingan di sela-sela Pekan Hutan Dunia ke-9 di Roma. 

Tampak dari ketinggian sejumlah titik lahan terbakar di sekitar perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, 4 September 2019 lalu./Foto: Betahita.id

Kita, kata dia, harus mengalihkan fokus kita dari respon reaktif ke strategi proaktif dan memprioritaskan pencegahan dan kesiapsiagaan.

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tradisional

Pedoman ini menekankan pendekatan manajemen kebakaran terpadu, yang melibatkan tindakan sebelum, selama, dan setelah kebakaran. Pedoman ini juga merekomendasikan tindakan strategis untuk mendukung keterlibatan masyarakat adat dan pemilik pengetahuan lokal lainnya, yang menyumbangkan praktik-praktik dan wawasan yang berharga dan spesifik untuk meningkatkan keputusan pengelolaan kebakaran. 

Publikasi tersebut menjelaskan keterlibatan aktif mereka sangat penting untuk mencegah kebakaran hutan, mengatasi wabah kebakaran dengan cepat, dan memulihkan area yang hancur akibat kebakaran hebat. 

Selain itu, pedoman ini mengadvokasi inklusi gender dalam manajemen kebakaran terpadu, mempromosikan pengetahuan kebakaran yang beragam, pilihan manajemen yang inovatif, dan meningkatkan praktik-praktik terbaik.

Sejak publikasi awal hampir 20 tahun yang lalu, banyak negara di seluruh dunia telah menggunakan pedoman FAO untuk mengembangkan kebijakan publik dan program pelatihan. Terbitnya edisi kedua diharapkan lebih banyak lagi negara yang akan merujuk dan menggunakan sumber daya ini. 

Pendanaan Pusat Penanggulangan Karhutla 

Peluncuran pedoman yang telah diperbarui ini merupakan kegiatan perdana dari Pusat Manajemen Kebakaran Global, yang diluncurkan pada tahun 2023 oleh FAO dan UNEP yang didukung oleh Kanada, Perancis, Jerman, Portugal, Republik Korea dan Amerika Serikat. 

Pusat Penanggulangan Kebakaran ini bertujuan untuk menyatukan komunitas penanggulangan kebakaran global dan meningkatkan kapasitas nasional dalam mengimplementasikan strategi penanggulangan kebakaran yang terintegrasi.

Fire Hub mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan pendanaan sebesar hampir 5 juta dolar AS sejak peluncurannya. Pendanaan ini penting untuk mengurangi dampak buruk kebakaran hutan dan lahan terhadap masyarakat, lanskap, dan iklim global.

Pendanaan tersebut berasal dari mitra-mitra utama yang telah berperan penting dalam pengembangan Fire Hub, termasuk Dinas Kehutanan Kanada, Kementerian Pangan dan Pertanian Federal Jerman, Dinas Kehutanan Korea melalui mekanisme Menjamin Masa Depan Hutan dengan Manajemen Risiko Terpadu (Assuring the Future of Forest with Integrated Risk Management/ AFFIRM), Badan Penanggulangan Kebakaran Pedesaan Terpadu Portugis, serta Dinas Kehutanan Amerika Serikat, dan USAID.