Walhi Kalbar Sorot Kecelakaan di Smelter Bauksit Mempawah
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Tambang
Rabu, 07 Agustus 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pembangunan smelter grade alumina refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kecamatan Sugnai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, memakan korban jiwa pada Ahad (4/8). Seorang pekerja, Irhamsyah, tewas. Pekerja asal Aceh itu tertimbun tanah saat mengecek kedalaman pengerukan tanah untuk pemasangan pipa, bersama satu orang lainnya.
Kecelakaan kerja di smelter bauksit tersebut jadi sorotan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar. Mereka mempertanyakan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dari pembangunan konstruksi SGAR ini, dan merasa heran dengan komitmen PT BAI yang ingin menyerap tenaga kerja Sungai Kunyit, namun terdapat pekerja dari luar, bahkan di antaranya banyak pekerja Tiongkok.
“Bukankah PT BAI berkomitmen untuk menyerap tenaga kerja di Sungai Kunyit? Dengan kejadian ini, kita semakin mempertanyakan komitmen dan janji-janji manis PT BAI. Komitmen tersebut memang akan direalisasikan atau hanya sekadar pemulus kegiatan konstruksi?” kata Hendrikus Adam, Direktur Eksekutif Kalbar, Senin (5/8/2024).
Riset yang dilakukan oleh Walhi Kalbar di wilayah lanskap Sungai Kunyit menunjukkan bahwa pihak PT BAI dan juga pemerintah menutup rapat informasi penting dari penduduk lokal dan masyarakat sipil. Informasi penting ini berkaitan dengan hajat hidup orang banyak yang akan berdampak langsung atau tidak saat pembangunan dan pengoperasian smelter.
Adam mengatakan, warga lokal selalu mengaku tidak pernah mendapatkan informasi yang memadai tentang rencana pembangunan dan pengoperasian pabrik smelter, kecuali informasi tentang peluang lapangan kerja baru dan kemajuan ekonomi Mempawah yang selalu didengung-dengungkan para pejabat. Namun pada kenyataannya, malah pekerja dari luar daerah yang mendominasi.
Warga, lanjut Adam, juga tidak pernah mendapatkan informasi tentang limbah-limbah beracun yang akan dihasilkan dari proses penyulingan bauksit menjadi alumina dalam wujud lumpur merah dan atau fly ash bottom ash (FABA) sisa pembakaran batu bara di ketel-ketel PLTU milik perusahaan.
Adam bilang, Walhi Kalbar menduga kuat upaya menutup rapat informasi ini adalah bagian dari strategi perusahaan dan pemerintah untuk menutup ruang munculnya ketakutan warga lokal, yang pada akhirnya dapat melahirkan aksi unjuk rasa besar-besaran menentang proyek pembangunan dan pengoperasian pabrik smelter.
“Pemasangan pipa di bawah tanah ini juga perlu menjadi perhatian. Dengan ukuran yang sebesar itu, ke mana pipa tersebut akan bermuara? Jangan sampai pipa tersebut malah mengarah ke laut dan digunakan sebagai instalasi pembuangan limbah,” ucap Adam.