Indonesia Harus Memperkuat Rantai Pasok Industri Surya Lokal

Penulis : Kennial Laia

Energi

Rabu, 14 Agustus 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Energi terbarukan seperti pembangkit tenaga surya harus gencar dilakukan untuk mencapai target baurannya serta mempercepat transisi energi di Indonesia. Terkait hal ini, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan pemerintah perlu memperkuat rantai pasok industri komponen di dalam negeri. 

Menurut IESR, adopsi energi surya di dunia semakin meningkat, mencapai hingga 1,6 TW pada 2023. Sementara di kawasan Asia Tenggara, total kapasitas energi suryanya mencapai 25,9 GW di tahun yang sama. Indonesia harus melakukan hal yang sama, untuk dapat bersaing dalam teknologi modul surya untuk mendorong penggunaannya dan menciptakan lapangan kerja. 

Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin Putra Sisdwinugraha mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi surya lebih dari 3.295 GW. Di sisi lain,  teknologi modul surya semakin berkembang dengan dominasi teknologi berbasis silikon, di mana teknologi monokristalin menawarkan efisiensi yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, harga modul surya turun hingga 66 persen selama lima tahun terakhir, menjadi sekitar 14,5 USDc/Wp (sekitar Rp 2300/Wp).

“Indonesia perlu menangkap peluang pengembangan rantai pasok industri PLTS di Indonesia agar mampu bersaing dengan produk PLTS impor,” kata Alvin, pada pertemuan media di Indonesia Solar Summit 2024, Selasa, 13 Agustus 20254. 

Salah satu instalasi pembangkit listrik surya atap di gedung perkantoran di Jakarta. Dok. KESDM

“Selain itu, ekspansi Tiongkok untuk produksi modul surya Tiongkok ke Asia Tenggara untuk ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa perlu dipandang sebagai kesempatan untuk bekerja sama dalam membangun produksi modul surya dalam negeri,” ujarnya. 

Berdasarkan analisis IESR, kapasitas produksi modul surya Indonesia meningkat, mencapai 2,3 GW/tahun per Juni 2024. Namun  secara ukuran, efisiensi, harga dan kategori panel tier-1, Indonesia masih tertinggal dari modul surya impor. Modul surya dalam negeri bahkan belum ada yang mendapatkan sertifikasi tier-1, sehingga sulit mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan internasional. Harga PLTS lokal 30-45% lebih tinggi dibandingkan PLTS impor.

IESR  mendorong pemerintah untuk  meningkatkan daya saing PLTS lokal dengan memberikan insentif baik fiskal maupun non-fiskal untuk mengurangi biaya produksi, terutama apabila berorientasi ekspor, melakukan kerjasama dengan produsen global untuk transfer teknologi, serta memberikan kepastian regulasi dan pasar domestik. Selain itu, pemerintah mengatasi hambatan permintaan dalam negeri yang rendah, salah satunya dengan pengadaan tender yang berkala.

Perekayasa Ahli Utama, Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arya Rezavidi mengatakan, keberadaan rantai pasok PLTS yang kuat akan meningkatkan nilai tambah mineral penting untuk pembuatan modul surya. Misalnya, nilai tambah ekonomi industri rantai pasok sel surya kristal silikon secara optimal dapat menjad 637,5 kali lipat dibandingkan dengan biaya awal.

“Pengembangan PLTS tidak hanya untuk mencapai target bauran energi terbarukan, tapi juga menandakan bahwa Indonesia menguasai teknologi PLTS yang kompetitif,” katanya.

Sementara itu dunia usaha juga menunggu kepastian dan percepatan realisasi permintaan terhadap panel surya. Menurut Chief Financial Officer PT Trina Mas Agra Indonesia Wilson Kurniawan, industri sel dan modul surya membutuhkan dukungan lain seperti kebijakan yang mencakup prioritas penggunaan panel surya produksi dalam negeri. 

Regulasi dan inisiatif juga diharapkan untuk menumbuhkan industri pendukung panel surya, seperti kebijakan yang mendorong investasi hulu, serta pengenaan bea impor untuk melindungi pabrikan dalam negeri.

Indonesia Solar Summit (ISS) tahun 2024 ini mengambil tema “Membangun Rantai Pasok PLTS Indonesia untuk Mempercepat Transisi Energi dan Mendukung Industri Hijau”. Bekerja dengan mitra dan sejumlah kementerian terkait, ISS 2024 yang akan diselenggarakan pada Rabu, 21 Agustus 2024, dan merupakan bagian pra-acara  Indonesia Sustainability Forum 2024. Pendaftaran dilakukan secara gratis di idsolarsummit.info

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum mengatakan  ISS 2024 akan membahas strategi kunci dalam mengembangkan industri PLTS domestik serta menggalang komitmen dari pemerintah maupun entitas bisnis untuk akselerasi pemanfaatan PLTS di Indonesia.