Gara-gara Warga Sepersen, Rusak Hutan se-Papua - 99% Camp Resist
Penulis : Muhammad Ikbal Asra, PAPUA
Hutan
Senin, 23 September 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Greenpeace Indonesia dan Organising Institute melatih 24 pemuda Tanah Papua dari Kabupaten Merauke, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kota Jayapura dalam kegiatan 99% Camp Resist Jayapura pada 9-14 September 2024. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkuat titik-titik kunci kampanye hutan dengan membekali para pemimpin komunitas anak muda dengan alat-alat kampanye. Tujuan lainnya adalah untuk memperluas basis, dengan mengaktivasi kelompok aksi baru, dengan membekali pemimpin komunitas dengan alat-alat pengorganisasian.
99% Camp Resist ditujukan kepada anak-anak muda yang siap berjuang melawan krisis iklim. Pelatihan dilaksanakan selama 5 hari. Peserta adalah pemimpin komunitas yang mengalami dampak langsung maupun tidak langsung dari ketidakadilan sosial atau lingkungan di daerah-daerah krisis. Selain di Jayapura, 99% Camp Resist juga digelar di Jakarta Raya, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Menurut Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace untuk Indonesia, Kiki Taufik, ketidakadilan distribusi kekayaan dunia memperparah kemiskinan dan krisis iklim. Aktivitas ekstraktif yang dilakukan 1% orang terkaya menambah beban bagi mayoritas penduduk dunia. Kekuatan masyarakat sipil yang terfragmentasi menghambat perubahan struktural penting bagi demokrasi dan advokasi krisis iklim. “Kini saatnya mereka membangun gerakan rakyat yang kuat dari pusat hingga ke akar rumput,” ujarnya.
Kiki Taufik mengatakan anak muda di Indonesia perlu aware terhadap lingkungannya. Untuk membangun awareness itu anak muda harus perbanyak interaksi dan harus tahu hutan itu seperti apa, ada di mana dan apa fungsinya. “Bisa jadi yang men-trigger anak muda (bergerak) yaitu datangnya bencana dan jangan sampai ketika bencana sudah di depan mata baru semua mau bergerak,” kata dia.
Peran pemuda dalam konservasi hutan membentang dari penanaman pohon hingga aktif dalam diskusi tentang kebijakan. Bahkan terbukti anak muda bisa men-support penegakkan keadilan, melalui kampanye digital, semisal dalam kasus Suku Awyu. “Paling tidak merepost postingan tentang ini, tetapi bisa juga hadir dalam persidangan di Mahkamah Agung,” kata dia.
Kiki Taufik mengatakan, sasaran utama kampanye Greenpeace Indonesia adalah Generasi Z agar mereka juga bisa terlibat dan peka terhadap isu lingkungan. Satu di antaranya adalah kegiatan 99% Camp Resist ini supaya meningkatkan kesadaran anak muda. Ini dilakukan agar mereka bisa berpikir kritis dalam melihat situasi terutama lingkungan hidup.
”Kami terus berupaya berkampanye melalui media sosial. Sasaran utamanya adalah anak muda karena mereka selalu menghabiskan waktunya di handphone. Bagaimana kita juga bisa menyelipkan isu-isu lingkungan agar mereka bisa terpapar dalam penyelamatan lingkungan dan mereka bisa tergerak untuk melakukan sesuatu. Minimal menyukai postingan dan membagikan postingan ke teman lainnya. Semua kegiatan-kegiatan di Greenpeace itu memang untuk anak-anak muda,” ujarnya.
Kiki Taufik mengatakan, soal politik selalu menjadi isu paling ramai , karena itu Greenpeace mencoba menghubungkan aktor-aktor politik itu dengan pelaku ”Perusakan hutan di Papua”. Ternyata, hampir 90% yang merusak hutan di Papua itu adalah kelompok-kelompok 1% yang dikategorikan oligarki dan berhubungan dengan tokoh-tokoh politik di Papua maupun di Pusat Jakarta. Greenpeace menemukan bagaimana hubungannya antara political expose person di level menteri, direktur jenderal, politisi anggota legislatif berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang merusak hutan di Papua.
”Kami berharap informasi itu bisa disebarluaskan dan ditangkap oleh anak muda di Papua dan mereka menginformasikan ke publik bahwa kita semua harus berjuang untuk mempertahankan (hutan),” kata Kiki. “Jangan sampai kita lengah dan tidak tahu kalau hutan Papua sudah habis. Satu contoh yang bisa kita semua lihat adalah pembukaan lahan 2 juta hektare di Merauke dan kita semua harus tahu itu Program Strategis Nasional (PSN) yang punya pemain besar di belakang.” kata dia lagi.
Tantangan terbesar yang dihadapi anak muda saat ini adalah Undang-Undang ITE yang sewaktu-waktu bisa menjebloskan pembela lingkungan ke dalam penjara. Tantangan itu sangat nyata apalagi di tanah Papua yang sebenarnya perangkat untuk masyarakat sipil bersuara itu tidak terlalu besar.
Dalam kegiatan 99% Camp Resist phase Jayapura ini, pihaknya berharap, anak muda di Papua bisa memimpin di kelompoknya masing-masing yang membawa kelompoknya berani bersuara. Selain itu juga berani mengungkapkan pendapat kemudian bisa membantu menyebarluaskan informasi tentang kerusakan lingkungan dan bagaimana bisa menumbangkan 1% oligarki. ”Mudah-mudahan dengan 99% Camp Resist ini anak muda di Papua bisa mengorganisir masyarakat dalam melawan oligarki yang semakin masif di tanah Papua,” kata dia lagi.
Rubby Emir dari Organising Institute mengatakan, kegiatan 99% Camp Resist Phase Jayapura ini juga selaras dengan misi Greenpeace Indonesia untuk memperkuat basis-basis perlawanan di titik-titik krisis hutan di Indonesia di antaranya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Tujuan dari kegiatan ini di Papua, ujarnya, “Untuk memperkuat basis-basis perlawanan itu supaya anak muda di Papua itu bisa mempertahankan hutannya. Sebab, hutan bagi orang Papua itu adalah identitas. Perjuangan orang Papua tidak hanya diperkuat dari keadilan lingkungan, namun harus juga diperkuat dari sosial justice.”