BW Camp 2024: 17 Ide Inovatif untuk Lingkungan

Penulis : Kelakai, JAKARTA

Lingkungan

Selasa, 05 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Yayasan KEHATI memfasilitasi siswa dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang memiliki ide inovasi untuk mengikuti kegiatan Biodiversity Warriors (BW) Camp 2024 selama 3 hari di Ciputri Camping Ground Gunung Bunder, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Melalui kegiatan yang dilaksanakan pada 1-3 November ini, para peserta diberikan materi bagaimana memproses ide menjadi sebuah temuan yang diharapkan menjadi solusi dari permasalahan lingkungan.

“Sudah saatnya kita memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk berkreasi dalam program penyelamatan lingkungan. Mereka harus menjadi aktor utama dalam menentukan masa depan mereka sendiri,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.

Menurut Rika, krisis keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup global semakin mengkhawatirkan. Tiga krisis planet atau yang akrab disebut triple planetary crisis, yaitu, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta masalah polusi dan limbah masih terus menghantui. Manusia telah mencoba selama bertahun-tahun agar bumi keluar dari situasi krisis. Namun, langkah mitigasi dan adaptasi masih tertinggal jauh dari dampak kerusakan yang telah terjadi.

Di tengah gempuran permasalahan lingkungan yang begitu dahsyat ini, para pegiat lingkungan khususnya generasi muda harus memiliki kemudahan dalam mengakses pengetahuan hingga pendanaan.

Biodiversity Warriors Camp 2024 KEHATI di Gunung Bunder, Bogor.

Dalam kegiatan ini BW Camp 2024 menghadirkan tiga inovator muda yang telah berhasil menciptakan temuan-temuan di bidang lingkungan, antara lain, Muhammad Hafid Rosidin, Founder dan CEO PT Berkah Inovasi Kreatif Indonesia (BIKI); Muhamad Rifqi Al Ghifari, Co-Founder dan Chief Business Officer Banana and Partners; dan Mohammad Naufal, CEO Carbon Addons.

Muhammad Hafid Rosidin bersama PT BIKI memiliki misi untuk mengurangi kehilangan dan pemborosan makanan dari buah dan sayuran di Indonesia melalui pembuatan low cost Chitasil edible coating untuk membantu para petani meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan. Chitasil edible coating digunakan sebagai bahan pelapis yang dapat memperpanjang umur simpan bahan organik. Pelapis tersebut bisa mencegah pembusukan serta memperpanjang masa simpan sekitar 20 komoditas buah dan sayuran. Teknologi ini telah diterapkan di beberapa packing house se-Pulau Jawa.

Berfokus pada isu waste management, circular economy, dan energi terbarukan, Founder Banana and Partners Muhamad Rifqi Al Ghifari  bersama rekan-rekannya membangun sebuah fasilitas pusat industri daur ulang rumahan yang diberi nama Pandora. Rifqi fokus membangun solusi pada proses daur ulang sampah organik, anorganik, dan spesifik di Kalimantan. Atas inovasinya, Banana & Partners beberapa kali mendapatkan penghargaan, di antaranya juara 1 Shell Live Wire Energy Solution 2022, Runner Up Winner Shell Top Ten Innovator 2022, Juara 1 I-Start Bakrie Group 2022, dan lain-lain.

Terakhir, Carbon Addons menghadirkan aksi iklim yang mudah bagi pengguna online untuk menetralkan jejak karbon pembelian. Carbon Addons menggunakan Carbon Offset API/Plugin untuk platform pembelian online. Naufal berharap bisnis yang dikembangkannya dapat berkontribusi pada NDC & SDG13 Indonesia secara global pada tahun 2030 dengan membiayai proyek pengurangan karbon melalui sektor non-pemerintah dan menerapkan strategi Pentahelix, yang melibatkan pemerintah hingga akademisi.

“Kami berharap para peserta dapat memanfaatkan interaksi dan belajar dari ketiga pembicara di kegiatan ini. Mereka adalah inspirasi. Di usia yang masih muda, mereka berhasil membuat inovasi dari permasalahan lingkungan yang ada,” jelas Rika.

BW Camp diikuti 17 kelompok peserta. Mereka adalah YAPEKA (JumpaDugong: Platform Partisipatif untuk Merekam Perjumpaan Dugong di Perairan Indonesia), Chelonians Jawara (Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Liquid Fertilizer dan Biogas), Larvastics&Foam (Larvatics&Foam: Pengolahan Sampah Kantong Plastik dan Stirofoam oleh Larva Galleria Mellonella, Berbasis Internet of Things Untuk Kota Cerdas Berkelanjutan), Ekulogist (Pemanfaatan Metode Waste Water Garden (WWG) sebagai Solusi Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga yang Ramah Lingkungan di Desa Karekan, Kabupaten Banjarnegara).

Adapula Ecosphere (POC UBAMERS: Pupuk Organik Cair Kulit Bawang Merah dan Air Beras-Pemanfaatan limbah rumah tangga untuk menyuburkan tanah dan tanaman dengan bahan sederhana serta ramah lingkungan), Lestari Mangrove dan Alam/LEVA (Jakarta Mangrove Tour : Menelisik Potensi Hutan Mangrove dan Kehidupan Fauna Didalamnya), Yayasan Pojok Rakyat Nusantara (Padepokan Nusantara: Pemanfaatan lahan garapan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai komplek pertanian dan perkebunan agroekologis), KMPA Eka Citra UNJ (Molding Plastic), TreeGuard (Pemantauan Pohon untuk Keberlangsungan Biodiversity dan Carbon Save), dan Betet Urban Revive (Strategi Mengundang Kembali Burung Betet Jawa ke Lingkungan Urban melalui Penanaman).

Dua kelompok dengan proposal terbaik dalam kegiatan ini adalah Yapeka dan Yayasan Pojok Rakyat Nusantara.

Yapeka, yang hadir dengan inovasi JumpaDugong, menyediakan platform berbasis citizen science yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang distribusi dan populasi dugong di Indonesia dengan melibatkan masyarakat dalam pengumpulan data perjumpaan dugong.

JumpaDugong memanfaatkan teknologi digital, termasuk smartphone dan situs untuk memudahkan masyarakat melaporkan perjumpaan dugong, yang kemudian akan diverifikasi dan dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan pendekatan ini, JumpaDugong diharapkan dapat berkontribusi besar dalam mengatasi masalah terkait kurangnya data histori dan ketidaklengkapan dokumentasi, serta memperluas cakupan pengumpulan data dengan melibatkan publik secara aktif.

Sementara itu Yayasan Pojok Rakyat Nusantara mendorong pengelolaan hak guna pakai Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) melalui program ekonomi spesies tanaman endemik sebagai salah satu komoditas. Inovasi ini bertujuan meningkatkan kemampuan penelitian, pengembangan, dan operasi usaha generasi muda di bidang konservasi alam.

Kedua kelompok akan mendapatkan mentoring dari fasilitator selama 3 bulan dan kemudian mempresentasikan inovasinya di kantor Yayasan KEHATI pada Februari 2025.