Dari Wajah Beneran Turun ke Kali: Riset Unibraw >< Ecoton

Penulis : Aryo Bhawono

Polusi

Sabtu, 09 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dan Komunitas Selami Laut Universitas Brawijaya melakukan aksi teatrikal di depan Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Surabaya, Kamis (7/11). Mereka memampang boneka bayi dalam toples untuk menggambarkan bayi-bayi di Jawa Timur terancam oleh microbeads, partikel plastik padat berukuran kecil, biasanya kurang dari 5 mm, dan tidak larut dalam air. 

Aksi ini digelar untuk mendesak BPOM menindaklanjuti temuan microbeads yang terdeteksi pada produk perawatan bayi dan produk perawatan kecantikan.

“Mikroplastik yang jenisnya microbeads ini tidak hanya mengancam lingkungan tetapi juga berbahaya bagi kesehatan bayi-bayi yang tubuhnya masih sangat rentan terhadap paparan zat berbahaya,” ujar Koordinator Kampanye Plastik dan Corporate Campaign Ecoton, Alaika Rahmatullah.

Temuan microbeads terdeteksi dalam penelitian Ecoton pada beberapa produk perawatan bayi dan perawatan kecantikan yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa Timur. Daei sebanyak 83 produk yang diteliti dan beredar di pasaran, 58 persennya  mengandung microbeads. Produk ini berisiko masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit ditambah jika digunakan pada bayi maka akan sangat rentan. 

Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dan Komunitas Selami Laut Universitas Brawijaya melakukan aksi teatrikal di depan Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Surabaya, Kamis (7/11). Foto Ecoton

Bahkan dalam temuan ini, Ecoton mengungkap ada satu produk yang mengandung sepuluh jenis microbeads, yakni Carbomer, Dimethicone, Cyclohexasiloxane, Cyclopentasiloxane, Laureth-4, PEG-55 Stearate, Polyquaternium-10, Sodium, Polynaphthalene Sulfonate, Dimethiconol, dan Laureth-23. 

Beberapa produk kecantikan yang mengandung microbeads menurut penelitian ini adalah Zinc Shampoo Hijab Clean and Fresh, Emeron Shampoo Hijab Clean and Fresh, Giv Perfume Beauty Body Wash White Flowers and Vanilla, Giv White Skin Care Body Wash Glowing White Mulberry and Collagen, dan Giv Hijab Perfumed Beauty Body Wash Rose Water and Argan Oil.    

Data Produk dengan Jenis Microbeads Terbanyak. Sumber: Ecoton, 2024

Penelitian yang dilakukan pada rentang  September – November 2024 juga menemukan sejumlah produk perawatan bayi mengandung butiran microbeads. Temuan ini telah dikonfirmasi pengujian laboratorium independen. 

“Microbeads ini hampir tidak mungkin diuraikan dalam sistem pengolahan limbah, sehingga dengan cepat berakhir di sungai-sungai termasuk Sungai Brantas yang menjadi sumber air penting di Jawa Timur,” kata Peter Christian, Koordinator Komunitas Selami Laut Universitas Brawijaya.

Grafik Penelitian pada 83 merek Produk Personal Care yang Mengandung Microbeads. Sumber: Ecoton, 202

Mikroplastik mengancam generasi muda

Selain mengancam lingkungan, kehadiran mikroplastik ini juga ditemukan dalam darah manusia. Rafika Aprilianti pakar mikroplastik dari Ecoton menegaskan bahwa partikel mikroplastik dapat memasuki tubuh manusia melalui tiga jalur utama, yaitu pernapasan (inhalasi), pencernaan, dan kontak kulit.

Mikroplastik di udara dapat terhirup hingga masuk ke  paru-paru dan menyebabkan peradangan atau masalah pernapasan kronis. Sementara itu, melalui makanan dan minuman, partikel ini bisa terakumulasi dalam sistem pencernaan, yang berpotensi mempengaruhi organ dalam. 

Bahkan, melalui sentuhan, mikroplastik bisa meresap ke kulit, terutama jika ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga memperbesar risiko akumulasi di tubuh. Dalam jangka panjang, mikroplastik ini bisa mengganggu perkembangan sistem imun bayi, anak anak dan generasi muda” ujar Rafika Kepala Laboratorium Ecoton.

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 23 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika larangan penggunaan microbeads dalam produk kosmetik. Microbeads merupakan bagian dari daftar bahan yang tidak diizinkan.

Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Mimin Setia Wati, menyebutkan lemahnya pengawasan implementasi regulasi tersebut membuat produk-produk perawatan tubuh yang mengandung microbeads bebas beredar di pasaran. 

“Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius karena microbeads  memiliki ancaman yang serius bagi anak-anak dan bayi yang sangat rentan terhadap dampaknya,” ujar Mimin.

Mereka pun mendesak BPOM untuk bertindak cepat atas temuan ini dengan menarik produk-produk yang mengandung microbeads dari pasaran dan melakukan pengawasan ketat. 

Mereka menyerahkan surat aduan berdasar temuan penelitian Ecoton itu. Surat ini diterima BPOM Surabaya. Namun mereka masih akan meneruskan ke BPOM pusat tanpa memberikan respons lebih lanjut mengenai langkah penanganan di tingkat regional. 

"Kami menerima aduan Ecoton, seharusnya membuat laporan ke BPOM RI yang di pusat. Kami hanya pelaksana teknis, selebihnya kami akan menangani setelah laporan terbit," kata Yuliadi, BPOM RI Surabaya.

Koordinator aksi ECOTON, Alaika, menyayangkan tanggapan BPOM yang birokratis dan lambat ini. 

“Seharusnya BPOM bisa segera melakukan investigasi atau tindakan awal di Surabaya, apalagi ini menyangkut aturan yang sudah jelas tentang larangan microbeads di produk kosmetik,” ujar